Hal ini sesuai dengan arahan Menteri ESDM, Ignasius Jonan, yang mendorong supaya biaya pokok penyediaan (BPP) listrik dipangkas. PLTU mulut tambang lebih efisien dibanding PLTU konvensional karena dekat dengan sumber bahan bakar. Batu bara tak perlu ditransportasikan, biaya distribusinya nyaris tidak ada.
Direktur Perencanaan PLN, Nicke Widyawati, menjelaskan total kapasitas PLTU mulut tambang yang akan masuk dalam RUPTL mencapai 6.300 MW. Sebagian besar ada di Sumatera, yakni 4.700 MW, dan sisanya 1.600 MW di Kalimantan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Kalimantan ada sekitar 1.600 MW dan kemudian 4.700 MW di Sumatera. Totalnya ada 6.300 MW," kata Nicke saat ditemui di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Rabu (29/3/2017).
Dengan masuknya PLTU-PLTU mulut tambang ini, sejumlah proyek PLTU non mulut tambang akan dicoret dari RUPTL.
"Yang diganti yang di dekat situ juga. Jadi dulu di RUPTL di situ dibangun PLTU non mulut tambang, padahal ada tambang di dekat situ. Itu kita ganti," ujar Nicke.
Dalam waktu dekat ini, PLN akan menandatangani Head of Agreement dengan sejumlah Independent Power Producer (IPP) untuk pengembangan PLTU mulut tambang.
"Pengembang yang sudah siap, tambangnya bagus, kita akan tanda tangan HoA dalam waktu dekat," tukasnya.
Sementara itu, Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan Santoso, menerangkan bahwa PLTU mulut tambang akan dibangun di seluruh pulau Kalimantan kecuali Kalimantan Barat (Kalbar), dan seluruh Sumatera kecuali Sumatera Utara (Sumut). Sebab, Sumut dan Kalbar bukan daerah yang punya cadangan batu bara.
"Semua Kalimantan kecuali Kalbar, semua Sumatera kecuali Sumut, pakai mulut tambang semua," katanya.
Proyek PLTU non mulut tambang yang dibatalkan dan diganti dengan PLTU mulut tambang misalnya PLTU Kalselteng, PLTU Kaltim 3, PLTU Kaltim 4, dan PLTU Kaltim 5.
"Misalnya PLTU Kalselteng, itu sekarang semua mulut tambang. Tadinya PLTU Kaltim 3, 4, 5 bukan mulut tambang, sekarang jadi mulut tambang," cetusnya.
Perubahan rencana pembangunan pembangkit ini juga diikuti dengan perubahan jalur jaringan transmisi. Tetapi tambahan biaya yang dibutuhkan tak signifikan.
"Transmisinya jalurnya hanya mengubah sedikit. Investasi nambah sedikit di transmisi, tapi harga listriknya lebih murah," pungkasnya. (mca/hns)











































