Jonan Rombak Rencana Proyek-proyek Listrik

Jonan Rombak Rencana Proyek-proyek Listrik

Michael Agustinus - detikFinance
Senin, 10 Apr 2017 10:47 WIB
Foto: Dok, PGN.
Jakarta - Melalui Keputusan Menteri ESDM (Kepmen ESDM) Nomor 1415 K/20/MEM/2017, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk periode 2017-2026 telah disahkan.

Dalam RUPTL terbaru ini, target bauran energi untuk Energi Baru Terbarukan (EBT) naik dari sebelumnya 19,6% menjadi 22,5% pada tahun 2025.

Revisi RUPTL juga menetapkan target terbaru infrastruktur ketenagalistrikan, mengoptimalkan pemanfaatan energi setempat untuk pembangkitan tenaga listrik serta pemilihan teknologi yang lebih efisien sehingga dapat menurunkan biaya pokok penyediaan tenaga listrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam RUPTL 2017-2026, jika digabung, pembangkit listrik dari energi air, panas bumi dan EBT lainnya diharapkan bisa mencapai bauran energi 22,5% pada 2025, hal ini sejalan dengan target di Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

Pembangkit batu bara di 2025 ditargetkan 50% dari total energi primer, Gas 26% dan BBM diharapkan hanya kurang dari 0,5%. Sementara, target pembangunan jumlah pembangkit listrik dalam RUPTL 2017-2026 adalah sebesar 125GW di tahun 2025.

Pada tahun 2019 diharapkan pembangkit yang sudah beroperasi (Commercial Operation Date/COD) sebesar 70 GW. Tidak hanya pembangkit, RUPTL terbaru juga menetapkan target pembangunan transmisi dan gardu induk.

"Terkait pemanfaatan potensi energi primer per daerah, dalam RUPTL 2017-2026, penggunaan jenis pembangkit di tiap wilayah disesuaikan dengan ketersediaan sumber energi setempat atau yang terdekat. Pemerintah fokus pada 'least cost basic energy', mendorong semua daerah memakai energi dasar yang paling kompetitif. Misal di Sumatera Bagian Selatan, energi dasar dari batubara masih besar sekali, sehingga didorong untuk membangun PLTU di Mulut Tambang," kata Menteri ESDM Ignasius Jonan, dalam coffee morning di Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (10/4/2017).

RUPTL 2017-2026 juga mengatur pengutamaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di mulut tambang serta pembangunan PLT Gas di mulut sumur (well-head).

Ini untuk mengurangi biaya pihak ketiga, seperti transportasi. Dengan demikian Biaya Pokok Produksi (BPP) Pembangkitannya lebih kompetitif sehingga harga listrik bisa terjangkau.

"PLTU kurang efisien jika dibangun di Papua dan Maluku karena biaya angkut batu bara yang mahal. Berbeda dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat yang kaya akan batu bara. Lebih baik di Papua dan Maluku bangun PLTG dan Kalimantan diperbanyak PLTU. PLN juga diimbau untuk membuat rencana zonasi pasokan gas untuk pembangkit baru," ucap Jonan.

Sejalan dengan Pemerintah, target pembangunan infrastruktur listrik PT PLN (Persero) dalam RUPTL ini akan mengedepankan EBT.

PLN juga akan mengembangkan PLTU Mulut Tambang dengan target total kapasitas adalah sebesar 7.300 MW. 1.600 MW PLTU Mulut Tambang akan dibangun di Kalimantan. Sisanya akan dibangun di Sumatera.

Pembangunan pembangkit PT PLN juga hingga tahun 2025 ditargetkan sebesar 77 GW, transmisi sebesar 67.422 Kms dan gardu induk dengan target 164.170MVA. (mca/ang)

Hide Ads