Terletak di dataran tinggi, akses menuju PLTA Lamajan terbilang unik. Para pengunjung dan pekerja diharuskan menumpang lori alias kereta kecil untuk melihat langsung PLTA Lamajan.
Lebih 200 meter perjalanan menggunakan lori dilewati dengan masing-masing penumpang mengenakan alat pelindung diri (APD). Sekitar 10 orang saja yang bisa menumpangi lori ke bawah menuju PLTA Lamajan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Untuk menuju ke bawah juga terdapat ratusan anak tangga yang siap mengantarkan melihat langsung cara kerja PLTA Lamajan. Namun, harus mempersiapkan stamina lebih karena jaraknya terbilang jauh dan medan yang landai.
"Memang harus pakai lori. Ini kuat bisa sampai 5 ton kalau angkut barang," kata Operator PLTA Lamajan Bangkit S di PLTA Lamajan, Bandung, Jumat (5/5/2017).
Setibanya di PLTA Lamajan, terlihat jelas sepasang pipa kuning membentang dari atas bukit untuk memasok air ke turbin yang nantinya menghasilkan listrik.
![]() |
Sepasang pipa kuning raksasa mengalirkan air dari kolam tandu harian (KTH) dari Sungai Cisangkuy. Air yang dialirkan tersebut masuk ke dalam turbin yang kemudian menghasilkan listrik.
Sejak beroperasi 1925 silam, PLTA Lamajan belum pernah mengalami perombakan. Kedua pipa yang membentang panjang tersebut pun belum pernah diganti sejak awal beroperasinya PLTA Lamajan.
"Bahkan pipanya belum pernah bocor sejak zaman Belanda," kata Bangkit.
![]() |
PLTA Lamajan dioperasikan oleh PT Indonesia Power (IP), anak usaha PT PLN (Perseo) untuk mengamankan pasokan listrik di wilayah Bandung Selatan.
"Ini buat listrik di Bandung Selatan. Persisnya jumlah pelanggan saya kurang hafal," kata Bangkit.
Untuk membangkitkan 1 MW listrik, PLTA Lamajan hanya membutuhkan debit air 0,5 meter kubik. Konsumsi tersebut terbilang hemat dibandingkan PLTA lainnya.
"Memang karakteristiknya dari turbin airnya seperti itu. Dia bisa bangkitkan 1 MW pakai 0,5 meter kubik air," ujar Bangkit. (wdl/wdl)