Blok East Natuna kini ditawarkan ke berbagai pihak, salah satunya Inpex Corporation, perusahaan migas asal Jepang yang menjadi kontraktor di Blok Masela.
"Inpex mau masuk silakan, saya mendukung. Pemerintah menawarkan ke siapa saja, termasuk Inpex," kata Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (27/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mau masuk East Natuna, it's more than welcome. Kalau mau masuk East Natuna, saya fasilitasi," tegasnya.
Sebagai informasi, cadangan gas Blok East Natuna yang mencapai 46 triliun kaki kubik (TCF) sudah berhasil ditemukan sejak 1973 alias 44 tahun lalu. Cadangan gas di East Natuna merupakan yang terbesar di Indonesia, jumlahnya mencapai 4 kali lipat Blok Masela.
East Natuna direncanakan mulai memproduksi gas hingga 1.000 MMSCFD pada 2027. Nilai proyeknya hingga memasuki tahap produksi saja diperkirakan sudah mencapai US$ 40 miliar alias Rp 520 triliun.
Kesulitan dalam pengembangan Blok East Natuna adalah kandungan CO2 yang mencapai 72% sehingga diperlukan teknologi khusus untuk memproduksi gasnya, biayanya pun pasti mahal.
Perairan Natuna bagian timur terancam dicaplok, China mengklaim daerah tersebut sebagai wilayahnya karena masuk dalam 9 garis batas di Laut Cina Selatan. Indonesia harus segera melakukan aktivitas di sana untuk menunjukkan kedaulatan. (mca/wdl)