Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Ida Finahari, menyampaikan terkait kemungkinan dari Electric Vehicle (EV) yang dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengelolaan energi yang berkelanjutan.
EV sendiri merupakan kendaraan yang menggunakan aliran listrik 100% dengan menggunakan baterai elektrik yang perlu diisi ulang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tingkat efisiensi kendaraan terlihat dari emisi CO2 yang dihasilkan. Tingkat efisiensi dari ketiga jenis E-mobility diatas ditunjukkan oleh perbandingan berikut:
Kendaraan Hybrid, menggunakan mesin konvensional yang tidak memiliki plug in charging pada mobilnya dan masih menggunakan bahan bakar petrol pada umumnya. Kendaraan hybrid turut menghasilkan listrik melalui passive charging pada mesin konvensional. Emisi karbon CO2 yang dihasilkan berkisar antara 70-80 gram/km.
Kendaraan Plug in hybrid, merupakan kombinasi antara mesin konvensional dengan small electric motor dan small high voltage battery. Artinya kendaraan ini masih bisa menggunakan bahan bakar petrol, namun juga menggunakan baterai elektrik. Emisi karbon CO2 yang dihasilkan berkisar antara 45-50 gram/km.
Electric Vehicle, kendaraan ini sudah menggunakan aliran listrik 100% dengan menggunakan baterai elektrik yang perlu diisi ulang. Emisi karbon CO2 yang dihasilkan berkisar 0-5 gram/km.
"Kami harapkan paparan yang disampaikan ini dapat memberikan gambaran tentang teknologi dan prinsip kerja EV, serta kemungkinan implementasinya di Indonesia," pungkas Ida. (mca/ang)