Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan kerugian tersebut terjadi pada periode Januari hingga Februari 2018.
"Total loss kita sampai Februari ini total kerugian Solar yang paling gede, di Premium kan sudah mencapai dua bulan nih Januari, Februari Rp 5,5 triliun," katanya di DPR, Jakarta, Selasa (10/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia menjelaskan kerugian sebesar Rp 5,5 triliun tersebut bila dilihat secara keseluruhan hanya berjumlah Rp 3,9 triliun. Sebab, kerugian itu dikurangi dengan keuntungan penjualan BBM non subsidi.
"Rp 3,9 triliun itu nett kita rugi karena ditambah yang untung-untung non BBM, non PSO-nya kan ada yang untung kan. Sehingga kerugian totalnya jadi Rp 3,9 triliun," ungkapnya.
Sementara itu, Iskandar mengatakan bahwa kerugian Pertamina di tahun ini lebih besar dibandingkan tahun lalu. Namun ia enggan menyebutkan angka kerugian tersebut.
"Oh lebih gede. Hampir dua kali lipat," tutupnya. (ara/ara)