Mau Nikmati Listrik, Warga Pedalaman Sulsel Patungan Rp 3 Juta

Mau Nikmati Listrik, Warga Pedalaman Sulsel Patungan Rp 3 Juta

Widiya Wiyanti - detikFinance
Jumat, 20 Apr 2018 11:44 WIB
Foto: Widiya Wiyanti/detikcom
Bulukumba - Masyarakat di pedalaman Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel) baru menikmati listrik sekitar 3 tahun lalu. Contohnya di Kampung Kayu Biranga, Lingkungan Banteng Senggang, Kelurahan Borong Rappoa, Kecamatan Kindang, Bulukumba.

Masyarakat di sana memutuskan membangun pembangkit listrik tenaga hidro sehingga segera mendapat pasokan listrik.

"Masyarakat inisiatif untuk membangun mikrohidro ini karena mengharap dari PLN agaknya susah, makanya masyarakat inisiatif di sini bekerja dengan teman-teman untuk membangun ini," tutur Ramli (42), masyarakat setempat saat meninjau mesin mikrohidro tersebut, Kamis (19/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PLTMH BulukumbaPLTMH Bulukumba Foto: Widiya Wiyanti/detikcom



Untuk memasang pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) ini dibantu oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLH) Makassar. Masyarakat yang meminta pun akhirnya patungan untuk membangun PLTMH ini di kampungnya.

"Sumber dana dari swadaya masyarakat, sekitar per KK (kepala keluarga) bayar sampai jadi itu Rp 2 juta-Rp 3 juta. Ada 37 KK," jelas Ramli.

PLTMH BulukumbaPLTMH Bulukumba Foto: Widiya Wiyanti/detikcom

Menurut Hunggul YSH Nugroho, peneliti yang membangun PLTMH tersebut mengatakan harga satu unit mesin mikrohidro bervariasi tergantung pada kondisi tempat, yakni ketinggian dan debit air yang tersedia.

"Setiap mesin beda-beda harganya. Paling bisa Rp 70 juta, agak besar memang. Tapi kalau yang kecil bisa Rp 15 juta-Rp 20 juta," ujarnya.

PLTMH BulukumbaPLTMH Bulukumba Foto: Widiya Wiyanti/detikcom

Sumber dana untuk membangun PLTMH ini pun beragam, seperti Dinas Kehutanan, Taman Nasional, dan sukarela peneliti. Tetapi beberapa juga ada yang berasal dari masyarakat itu sendiri.

Akhirnya PLTMH yang dibangun pada tahun 2015 itu bisa memproduksi 15 ribu watt dan menerangi kampung Kayu Biranga. Bukan hanya sebagai penerangan, masyarakat pun bisa menonton televisi dan menggunakan alat-alat listrik lainnya. (wdw/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads