Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana angka 4 juta kiloliter tersebut berdasarkan waktu penerapan PSO di setiap enam bulan dan non PSO per September. Hasilnya diperkirakan sebanyak 4 juta kiloliter.
"Jadi kurang lebih dari track record itu kurang lebih 4 juta kiloliter termasuk PSO dan Non PSO. Untuk Non PSO dihitung per september dengan tambahan untuk PSO kan per enam bulan jadi dari Oktober jadi ada tambahan dua bulan itu 700 ribu kiloliter, total general 4 juta kiloliter," katanya di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (1/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia memaparkan dari penyerapan tersebut pemerintah dapat menghemat hingga Rp 50 triliun atau setara dengan US$ 3,4 miliar. Sebab dengan begitu pemerintah tidak perlu mengimpor minyak lagi.
"Kurang lebih saya kira-kira rupiahnya 50 triliun atau US4 3,4 miliar," papar dia.
Sementara itu, ia juga memperkirakan penyerapan di tahun 2019 mencapai hingga 6,2 juta kiloliter. Angka tersebut bisa melebihi bila pertumbuhan ekonomi bagus.
"Proyeksi 2019 karena dimulai Januari kurang lebih 6 atau 6,2 juta kiloliter misal pertumbuhan ekonomin bagus, lebih lagi," tutupnya. (dna/dna)