Direktur Utama Adaro Garibaldi Thohir angkat suara soal wacana tersebut. Pria yang akrab dipanggil Boy Thohir ini menerangkan, para pengusaha sempat dipanggil menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum lama ini. Setidaknya, ada dua kali pertemuan.
Boy mengatakan, pada pertemuan pertama setidaknya ada 45 pengusaha menghadap Jokowi. Pengusaha itu terdiri dari berbagai sektor yakni sawit, batu bara, dan non sawit yang berorientasi ekspor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi saat itu ditemani beberapa pejabat antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dan lainnya. Pada kesempatan itu Jokowi menanyakan dua pertanyaan kepada para pengusaha.
Pertama, Jokowi menanyakan apa yang pemerintah bisa bantu untuk meningkatkan ekspor. Kedua, terkait upaya agar dana ekspor kembali ke dalam negeri.
"Tujuannya memperkuat devisa, terus rupiah menguat," terang Boy.
Terkait dengan batu bara, Boy menjelaskan, memang saat ini momennya sedang baik untuk menggenjot devisa. Sebab, harga batu bara sedang bagus.
Ada sejumlah sebab, sebutnya, musim panas di Jepang sehingga keperluan untuk pendingin ruangan meningkat. Dari situ, kebutuhan batu bara meningkat sejalan dengan kebutuhan listriknya. Di China, produksi batu bara tertahan karena persoalan lingkungan.
"Akhirnya sepakat, hari Jumat ditindaklanjuti masukan ini, Jumat diundang lagi, inti permasalahannya itu, bukan DMO-nya," ujarnya.
Terkait wacana pencabutan ketentuan DMO batu bara, Boy menuturkan tidak mengetahui sebabnya. Sebab, para pengusaha tidak mempermasalahkan DMO tersebut. Boy bilang, kemungkinan pemerintah sedang mencari rumusan untuk meningkatkan ekspor.
"Kita nggak pernah mempermasalahkan, DMO ya given sebagai perusahaan nasional yang concern terhadap kepentingan Indonesia ya kita paham," ujarnya.
"Nggak (bukan dari pengusaha), mungkin pemerintah cari rumusan, kira-kira apa, memang yang menjadi concern kita para pengusaha batu bara bukan DMO," tutupnya. (ara/ara)