Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sebelum tahun 1990-an Islandia merupakan negara yang bergantung pada minyak. Ketika kebutuhan minyak meningkat, negara tersebut melakukan impor minyak semakin besar.
Kebutuhan minyak yang besar membuat negara ini mengalami defisit neraca pembayaran. Kondisi itu kemudian menyeret Islandia ke dalam krisis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak krisis, akhirnya Islandia mengubah kebijakan negaranya. Negara ini tak mau bertumpu lagi pada minyak sebagai sumber energi utamanya. Islandia kemudian mengembangkan energi lain yakni panas bumi yang bertahap mengeluarkannya dari krisis.
"Karena dia memiliki potensi geothermal yang besar, Iceland tidak lagi harus impor minyak memenuhi energi di dalam rangka menghangatkan saat winter dan mendinginkan saat panas," ujarnya.
Sebab itu, Indonesia mesti mengembangkan sumber energi lain. Menurutnya, pengembangan sumber energi ini bukan karena Indonesia punya potensi sumber alam, namun karena berkaitan dengan ekonomi nasional.
"Tidak hanya karena memiliki resources potential tapi untuk ekonomi memiliki pilihan energi," ujarnya.
"Kalau Indonesia mau belajar dari negara yang pernah mengalami krisis ekonomi yang di-trigger ketergantungan pada energi satu sisi yaitu Iceland yang dekat kutub, yang dekat North Norwegia," tutupnya. (ara/ara)











































