Menurut Direktur for Investment Strategy PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat salah satu faktor penguatan rupiah adalah keputusan pemerintah menaikkan pajak impor terhadap 1.147 komoditas. Selama ini yang membuat investor asing menarik diri memang melebarnya defisit transaksi berjalan.
"Jadi pemerintah harus memberikan sinyal perbaikan," tuturnya di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Kamis (6/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2017 defisit transaksi berjalan sebesar US$ 17,53 miliar atau 1,73% dari PDB. Sementara pada semester I-2018 defisit transaksi berjalan juga sudah mencapai US$ 13,7 miliar, hingga akhir tahun diperkirakan mencapai US$ 25 miliar.
Menurut Budi, dolar AS bisa mencapai Rp 14.500, jika defisit transaksi berjalan itu turun 40% dari tahun lalu.
"Menurut modal kita kalau misalnya pemerimtah bisa ngerem CAD 40% itu mungkin bisa balik lagi ke Rp 14.500. Penguatan dolar AS tidak bisa kita lawan, itu eksternal. Tapi masalah kita itu current account deficit (CAD) itu kombinasinya di ekspor dan bagaimana menekan impor," tambahnya.
Meski begitu, Budi yakin Sri Mulyani Cs bisa menyelesaikan pekerjaan rumah itu. Buktinya sudah ada upaya dengan menaikkan pajak impor terhadap 1.147 komoditas.
Selain itu, dari sisi masyarakat, harus ada edukasi untuk mau berinvestasi di pasar uang, seperti surat berharga negara. Dengan begitu tekanan terhadap keluarnya dana asing bisa terbendung.