Ekonom PermataBank Josua Pardede menjelaskan hari ini terjadi penguatan rupiah. Penyebab redanya tekanan rupiah ini terjadi sejak awal perdagangan hari ini karena terjadi pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap sebagian besar mata uang negara maju.
"Dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang negara maju seperti Poundsterling dan Euro yang menguat setelah pembicaraan antara pemerintah Jerman dan Inggris yang mendukung soft Brexit," kata Josua saat dihubungi detikFinance, Kamis (6/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, dolar AS juga melemah terhadap Yen Jepang dan Franc Swiss setelah data neraca perdagangan AS pada bulan Juli yang tercatat US$ 50,1 miliar melebar dari bulan sebelumnya yang tercatat defisit US$ 45,7 miliar.
Josua menjelaskan rilis data neraca perdagangan tersebut meningkatkan fokus pelaku pasar global di mana pemerintah AS berpotensi kuat untuk mengenakan tarif impor sebesar US$ 200 miliar produk dari China.
Dari domestik, tren penjualan dolar AS juga meningkat yang dilakukan oleh korporasi khususnya para eksportir.
"Selain itu, sentimen juga membaik setelah kemarin pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pembatasan impor barang konsumsi yang diharapkan dapat menekan pelebaran defisit transaksi berjalan dalam jangka pendek ini," kata dia.
Kemudian itu, upaya BI yang tetap berada di pasar melakukan langkah-langkah stabilisasi rupiah juga turut mendukung penjualan dolar AS.
Dalam jangka pendek ini, dollar AS masih bisa berpotensi kembali menguat di tengah ketidakpastian isu perang dagang serta respons kebijakan pemerintah dan bank sentral negara-negara berkembang yang sedang menghadapi krisis ekonomi seperti Argentina, Turki dan Afrika Selatan. (kil/ara)