Menanggapi hal tersebut anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi XI Muhammad Misbakhun menjelaskan mulai kuatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah hasil dari langkah yang sudah dilakukan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah.
"Hasilnya ya kan kita lihat kemarin BI sudah melakukan intervensi ganda mulai di pasar valas sampai beli surat berharga negara (SBN)," kata Misbakhun usai acara sosialisasi LPAS di Hotel Sari Pacific, Jakarta Pusat, Kamis (6/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mulai Jinak, Dolar AS Pagi Ini di Rp 14.880 |
Dia menjelaskan, dengan langkah-langkah tersebut akan menimbulkan kepercayaan di pasar keuangan. Namun, pemerintah dan BI juga masih harus waspada meskipun dolar AS sudah mulai menjinak.
"Masih harus waspada, kan sentimen yang terjadi tak hanya berasal dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri yang memang tak bisa dikontrol oleh pemerintah," ujar dia.
Menurut dia, dari dalam negeri masyarakat juga bisa membantu meredam dolar AS. Misalnya tidak membeli barang-barang impor.
"Keinginan jalan-jalan ke luar negeri ditahan dulu, liburannya domestik saja, karena tidak usah beli dolar AS kan," jelas dia.
Kian menguatnya dolar AS diyakini dipengaruhi oleh faktor eksternal, di antaranya krisis di Turki dan Argentina, kenaikan suku bunga acuan AS hingga perang dagang AS dan China. Bank Indonesia (BI) sejauh ini telah mengintervensi AS di pasar SBN hingga Rp 11,9 triliun. (kil/ara)