Masalah impor minyak diduga turut memicu pelemahan rupiah ini. Sebab, impor minyak membutuhkan dolar. Lantas, benarkah impor minyak membuat rupiah melemah?
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menjelaskan, dampak impor minyak yang disebut-sebut sebagai pemicu penguatan dolar mesti dipelajari lebih lanjut. Sebab, pemerintah juga mendapat penerimaan dalam bentuk dolar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, neraca perdagangan migas memang mengalami defisit. Jelasnya, kuartal I 2017 terjadi defisit US$ 2,4 miliar dan kuartal II 2017 mengalami defisit US$ 1,62 miliar. Kemudian, di kuartal I 2018 mengalami defisit US$ 2,61 miliar dan kuartal II 2018 defisit US$ 2,31 miliar.
"Secara keseluruhan antara semester I 2017 dan semester I 2018 kenaikan defisit kita hanya sekitar US$ 0,82 miliar, US$ 820 juta dalam 6 bulan. Ada defisit ada. Berapa besarnya tahun lalu dan tahun ini, dari setengah tahunnya hanya US$ 0,82 miliar," kata dia kepada detikFinance dalam acara Blak-blakan, di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (7/9/2018).
Meski defisit, Arcandra mengatakan, untuk melihat seberapa besar kontribusi defisit pada pelemahan rupiah mesti menimbang penerimaan negara. Lantaran, penerimaan negara dari minyak juga berupa dolar AS.
"Pertanyaan selanjutnya, dari sisi kebutuhan ekspor impor, apakah kalau ada defisit ekspor impor, apakah negara menerima penerimaan lebih nggak karena harga naik, karena menghasilkan minyak, ada penerimaan. Kalau ditinjau dari sisi itu, mungkin ini yang harus kita dalami lagi apa pengaruhnya, terjadi defisit iya satu triwulan US$ 2-3 billion tapi kita juga mendapatkan penerimaan negara dari semester I 2017 dibanding semester I 2018," jelasnya.
Maka dari itu, dia mengatakan, untuk melihat pengaruh impor minyak dan dampaknya pada rupiah mesti diteliti lebih lanjut. Arcandra telah mengutus para stafnya berkomunikasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS) guna mengetahui dampaknya.
"Ini yang sedang kita lihat, ya ada defisit tapi impact-nya seperti apa, saya juga minta staf ahli kita di sini bicara BPS untuk melihat apa pengaruhnya, seberapa besar tekanan terhadap rupiah dari sisi defisit toh kalau lihat defisit 2017 nggak jauh beda dengan 2018 dari sisi ekspor dan impor," ujarnya.
"Kalau dari sisi rupiahnya, karena kita membeli dengan dolar ada pengaruhnya ada, tapi seberapa besar, bagaimana dengan penerimaan naik nggak, penerimaan juga naik. Untuk itu harus komprehensif kita melihatnya, kalau dari perdagangan, murni ekspor minus impor ada defisit, ada. Tapi kita memperoleh devisa dari penjualan hasil pendapatan negara, untuk itu kita harus hati-hati," tutupnya.
Saksikan juga video 'Penyebab Rupiah dan Mata Uang Dunia Melemah':
(dna/dna)











































