Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menerangkan, itu bisa terwujud karena Pertamina saat ini mengelola tambahan 11 wilayah kerja migas. Dia menuturkan, saat ini sudah menguasai 40% produksi migas nasional.
Dia melanjutkan, dengan tambahan dari Blok Rokan, Pertamina bisa memproduksi 60% migas nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pemerintah Lelang Lagi 4 Blok Migas |
Dengan meningkatkan produksi hulu, maka jumlah impor minyak mentah akan berkurang.
Lebih lanjut, Nicke mengatakan, saat ini sebanyak 35-40% produk jadi BBM berasal dari impor. Untuk mengatasi hal tersebut, Pertamina akan membangun 6 kilang sehingga produksinya meningkat dari 1 juta barel per hari menjadi 2 juta barel per hari.
"Untuk itu dalam 8- 10 tahun ke depan Pertamina tingkatkan kapasitas kilang dari awalnya instore capacity hanya 1 juta barel per hari kita tingkatkan 2 juta barel per hari dengan pembangunan 6 kilang," sambungnya.
Baca juga: Jokowi Jawab Tuduhan Antek Asing-Aseng |
Nicke mengatakan, kilang yang dibangun dalam waktu dekat adalah Kilang Balikpapan. Kilang ini memproduksi 350 ribu barel per hari.
"Kilang Pertamina dalam waktu dekat akan dibangun yang pertama kilang di Balikpapan dengan kapasitas 350 ribu barel per hari, dengan support bersama kita akan segera tanda tangan kontrak, dan akan mulai pekerjaan awal tahun depan Insya Allah," tutupnya.
Terpisah, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan pembayaran akan tetap memakai dolar. Hal tersebut sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati.
"Ya minta lah tapi kan tetap pakai dolar sesuai dengan apa yang sudah disepakati," jelasnya di gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (28/11/2018)
Ia mengatakan yang akan menandatangani blok Rokan bukan dari pihak Pertamina. Namun, penandatanganan akan di tanda tangani oleh anak perusahaan.
"Nanti yang tanda tangan bukan Pertamina, anak perusahaan Pertamina untuk Rokan ini yang sedang dibentuk dulu PT-nya," tutupnya.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, keputusan pemerintah menyerahkan blok tersebut karena menimbang proposal yang ditawarkan Pertamina.
Pertamina menawarkan signature bonus atau bonus tanda tangan yang diberikan ke pemerintah sebesar Rp 11,3 triliun atau US $ 784 juta.
Tonton juga '95% SPBU Pertamina Sudah Salurkan B20':
(zlf/zlf)