Mau Diberesin Prabowo, Begini Kondisi Kilang BBM Indonesia

Mau Diberesin Prabowo, Begini Kondisi Kilang BBM Indonesia

Dana Aditiasari - detikFinance
Rabu, 28 Nov 2018 15:13 WIB
Foto: Selfie Miftahul Jannah
Jakarta - Calon presiden nomor 02 Prabowo Subianto punya jalan keluar mengatasi permasalahan bahan bakar minyak (BBM) di tanah air.

Anggota Tim Ekonomi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Dradjad Wibowo mengungkapkan, salah satu caranya adalah dengan menggenjot pembangunan infrastruktur migas seperti kilang.

Bagaimana kondisi kilang di RI saat ini?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurut catatan PT Pertamina (Persero) yang dikutip detikFinance, Rabu (28/11/2018), terakhir kali Pertamina membangun kilang minyak adalah sekitar 20 tahun lalu.

Kilang terbaru yang dibangun Pertamina adalah Kilang Sorong yang beroperasi sejak 1997 dan Kilang Balongan mulai beroperasi 1994, setelah itu belum ada p

Selain jumlahnya minim, kemampuan kilang Pertamina juga mulai tertinggal.

Saat ini kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional mencapai 1,3-1,5 juta barel/hari. Sementara kilang Pertamina hanya memiliki kapasitas terpasang 1,03 juta barel.

Tapi karena teknologinya sudah lama, minyak mentah yang diolah tak bisa maksimal. Bagaimana tidak, dari 6 kilang yang dimiliki Pertamina, sebagian besar sudah beroperasi di atas 30 tahun.

Dengan kondisi tersebut, saat ini produksi maksimal kilang-kilang tersebut bila ditotal hanya sekitar 900.000 barel/hari. Angka ini sebenarnya sudah mengalami peningkatan dibanding tahun 2016 yang hanya 800.000 barel per/hari namun tetap saja masih kurang dari angka konsumsi nasional.

Akibatnya, kekurangan BBM harus dipenuhi melalui impor. Kondisi ini menjadi beban tersendiri bagi keuangan negara.

Kondisi tercermin dari neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2018 ini kembali defisit. Kali ini, defisit ada tercatat sebesar US$ 1,82 miliar.

Defisit disebabkan dari impor yang sebesar US$ 17,62 miliar, sementara ekspornya year on year (YoY) hanya US$ 15,80 miliar.


Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan bengkaknya nilai impor yang tumbuh hingga 23,66% tersebut disebabkan oleh minyak dan gas (migas). Impor minyak mentah tercatat mengalami peningkatan.

"Karena ada peningkatan impor minyak mentah, hasil minyak dan gas," kata Suhariyanto belum lama ini.


Tonton juga 'Soal Premium, Fahri: Harus Jadi Perdebatan Sengit Antar Capres':

[Gambas:Video 20detik]

(dna/ang)

Hide Ads