Menurut Zaki, saat ini kondisi sampah di Tangerang telah melebihi kapasitas. Pasalnya, produksi sampah di Tangerang per hari mencapai 1.700 ton dari yang bisa ditampung hanya 900 ton.
Alhasil, sisa sampah tersebut menjadi kotoran di sistem irigrasi hingga sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Zaki mengungkapkan pihaknya menginginkan PLTSa dengan kapasitas mencapai 3.000 ton per hari. Adapun, pambangkit tersebut akan di bangun di atas lahan seluas 18 ha.
"Saya tadi mohon segera kami punya lahan 30 ha yang baru terpakai 12 ha. Jadi masih ada lebih yang saya minta asistansi dari menko (Luhut) untuk kemudian kita mau membuat lelang tempat pemusnahan sampah terpadu, PLTSa yang kapasitasnya di atas 3.000 ton per hari," sambungnya.
Ia juga menjelaskan, nantinya PLTSa ini juga akan memberlakukan layanan pengelolaan sampah atau tipping fee. Hal ini sesuai dengan Kepres Nomor 35 Tahun 2018 di mana tarif maksimal yang diminta Rp 500 ribu per ton.
"Harus ada tipping fee yang sudah ditetapkan Kepres itu maksimal Rp 500 ribu per ton. Tinggal kita berhitung yang berinvestasi ini kira-kira berapa yang penting ada nilai rill untuk return of investmentnya," ungkap dia.
Sementara itu, ia menargetkan studi kelayakan atau feasibility studi untuk proyek ini bisa berjalan di tahun ini. Sehingga, masalah sampah di Tangerang bisa segera teratasi.
"Kita feasibility study dulu. Tahun ini mudah-mudahan sehingga tahun depan sudah bisa lelang (tender)," tutup dia. (dna/dna)