Sayang, menurut Ekonom INDEF Eko Listiyanto menilai, kritik yang disampaikan Prabowo kurang greget. Menurut dia, seharusnya Prabowo lebih kritis tentang aspek kemitraan antara perusahaan sawit dan petani swadaya. Itu akan lebih menarik untuk menjadi bahan perdebatan.
"Menarik untuk disinggung. Bahkan dapat menyampaikan data proporsi yang terlalu didominasi inti. Nah, kalau saja (Capres) 02 dapat menyampaikan bahwa selama ini penentuan harga TBS (tandan buah segar) belum ideal antara inti dan plasma sehingga petani rakyat hanya pasrah, maka akan lebih menarik lagi," tuturnya kepada detikFinance, Minggu (17/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataannya Prabowo juga sindir Indonesia sudah tertinggal soal biodiesel. Sebab Brazil kini sudah B90.
Menurut Eko, Brazil memang memiliki teknologi untuk biodiesel. Namun dia tak tahu jika Brazil memang sudah B90.
"Setahuku ada, teknologi biothanol Brazil yang sebagian besar berasal dari tebu memang sudah lebih maju. Namun angka B90 aku juga belum tahu apakah bisa sebesar itu. Di sisi lain sepertinya tadi 01 malah bilang akan sampai ke B100," ujarnya.
Meski begitu, Eko sebut urusan biodiesel perlu adanya desain tata niaga. Sebab jika tidak maka yang menikmati untung terbesar tetap perusahaan besar.
"Karena teknologi biodiesel butuh investasi besar, di sisi lain pembelinya di domestik sejauh ini hanya Pertamina (monopsoni)," tutupnya.
Video: Penanganan Eksploitasi Lahan Bekas Tambang: Jokowi Gandeng KPK, Prabowo Tindak Tegas!
(das/dna)