Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin mengatakan pencanangan pabrik pemurnian alumina ini merupakan bagian dari upaya melaksanakan salah satu mandat Holding Industri Pertambangan, yakni mendorong hilirisasi produk tambang.
"Nantinya Inalum, yang memiliki satu-satunya pabrik pemurnian aluminium di Indonesia, akan mendapatkan pasokan alumina dari dalam negeri. Penghematan yang dilakukan Inalum dapat mencapai US$ 200 juta," ujar Budi, dalam keterangan tertulis, Kamis (4/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun pencanangan ini dilakukan oleh Menteri BUMN Rini M. Soemarno, Ketua DPD RI Oesman Sapta Oedang, Anggota Komisi VII DPR RI Katherine A. Oendoen dan Maman Abdurahman, Wakil Gubernur Kalimantan Barat Ria Norsan, dan Bupati Mempawah Gusti Ramlana.
Baca juga: Inalum Kaji Tambah Porsi Kepemilikan PTBA |
"Kehadiran pengembangan industri pengolahan bauksit menjadi alumina di Mempawah harus memiliki manfaat bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daerah setempat. Sinergi BUMN sangat diperlukan untuk membangun mata rantai industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi. Saya sangat menyambut baik pencanangan ini," ujar Menteri BUMN Rini Soemarno.
Rini melanjutkan, Indonesia patut berbangga karena proyek ini merupakan wujud nyata dari komitmen Pemerintah untuk memperkuat basis industri pertambangan dalam negeri, hiliriasi produk bauksit menjadi alumina di Kalimantan Barat ini.
"Di masa yang lalu, kita masih harus mengirimkan bauksit kita ke negara-negara lain untuk diolah sebelum dikirim kembali ke Indonesia. Ke depan, kita bertekad untuk memaksimalkan nilai tambah bauksit dan juga bahan-bahan tambang lainnya di dalam negeri," kata Rini.
Rini menjelaskan, Indonesia memiliki cadangan bauksit terbesar keenam di dunia. Menurutnya, proyek ini akan mengurangi ekspor mineral mentah dan sekaligus ketergantungan impor untuk sumber bahan baku untuk produksi aluminium.
Ketua DPD RI, Oesman Sapta Oedang mengatakan pengembangan industri pengolahan bauksit menjadi alumina ini juga akan mendorong lahirnya potensi investasi lainnya di masa depan.
"Misalnya dalam bentuk pengembangan industri-industri terkait alumina-aluminium based dan diversifikasinya, yang kesemuanya itu sepenuhnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan negara Indonesia secara umum, dan bagi masyarakat sekitar secara khusus," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo mengungkapkan proyek Smelter Grade Alumina Refinery merupakan proyek pengembangan strategis bagi Indonesia. Sebagai Perusahaan dengan sumber daya bauksit yang signifikan, Anrtam berupaya mewujudkan nilai tambah komoditas mineral yang dimiliki sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan.
Arie menjelaskan, proyek pembangunan pabrik alumina yang akan dikelola oleh PT BAI ini akan dibangun diatas lahan seluas 288 hektare di tiga Desa di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek Pengolahan Smelter Grade Alumina ini akan memiliki kapasitas awal sebesar 1 Juta ton per tahun. Proyek ini juga akan dilengkapi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara sebesar 3x25 MW.
Investasi proyek ini diperkirakan akan mencapai USD 850 Juta (termasuk IDC dan Modal Kerja) dan ditargetkan mulai berproduksi di awal tahun 2022.
Menurut Arie, proyek ini akan memicu roda perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dan khususnya di Kabupaten Mempawah dengan adanya potensi penambahan pendapatan daerah, penyediaan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung, serta program pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi proyek. (idr/idr)