"Sudah selesai kita 90 persen, kemarin itu hanya terganggu karena PLN untuk nerima hasil listriknya itu. Jangan dilihat sampahnya, tapi ini menjadi pembangkit baru. Sumber listrik baru," kata Risma kepada wartawan di kediamannya, Rabu (7/8/2019).
Risma mengaku pihaknya beberapa waktu lalu telah ke Jakarta melaporkan perkembangan PLTSa, dan Presiden Jokowi akan datang langsung untuk meresmikannya pada akhir November.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pembangkit Listrik Tenaga Sampah |
Meski begitu, Risma mengakui, peralatan PLTSa rata-rata impor. Untuk itu, pihaknya akan bekerjasama dengan PLN agar pengadaan peralatan bisa tersedia dan siap digunakan pada awal Desember nanti.
"Karena peralatannya kan import makanya nanti kita pilih, PLn juga supaya cari barang yang mudah didapat supaya nggak tidak harus menunggu dibuat," tutur Risma.
"Peralatan-peralatan itu kan nanti kayak pembangkit yang digunakan untuk PLN. Artinya apa? Standarnya harus sesuai dengan standar PLN supaya tidak ada masalah. Makanya ini akan disebutkan standarnya cuman kemarin si investornya itu nggak sanggup kalau 3 bulan, tapi kita paksa untuk dia bisa selesai 3 bulan supaya nanti akhir Desember bisa diresmikan pak presiden," lanjutnya.
Ditanya apakah PLTSa ini bisa ditiru Pemprov DKI Jakarta, Risma enggan mengomentari lebih lanjut. Ia mengaku nggak memikirkan hal itu.
"Aku ndak tau. Aku ndak mikir itu," pungkasnya.
Sebagai informasi, Surabaya adalah kota pertama yang mengoperasikan PLTSa dengan daya 11 MW, berdasarkan biomassa dari volume sampah sebesar 1.500 ton/hari dengan nilai investasi sekitar US$ 49,86 juta.
(hns/hns)