Sejak lima tahun lalu, nelayan di wilayah pulau terdepan ini tidak galau lagi saat melaut. Sebab, sebagian peralatan pokoknya dapat terpenuhi. Ismail, salah satu nelayan yang tinggal di Desa Pongkar, Kabupaten TBK menceritakan bahwa listrik memberikan perubahan besar dalam kegiatan melautnya.
"Listrik baru masuk Pelambung, Desa Pongkar baru 5 tahun, masuknya listrik sangat membantu," kata Ismail kepada detikcom beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum listrik beroperasi selama 24 jam, ikan hasil tangkapan para nelayan sedikit karena keterbatasan es batu. Sekarang, para nelayan Desa Pongkar sudah memiliki stok yang cukup banyak bahkan memiliki mesin pendingin di rumah. Sehingga hasil tangkapan bisa lebih banyak dan tersimpan dengan aman.
"Dengan listrik masyarakat bisa memiliki freezer dan kulkas bisa buat batu es, dari hasil tangkap kita bisa disegarkan," jelas dia.
Pengoperasian listrik yang selama 24 jam di Desa Pongkar juga membuat ongkos melaut para nelayan menjadi lebih efisien. Ismail mengungkapkan, biasanya mengeluarkan uang sampai Rp 100.000 membeli es batu untuk kapal ukuran 2 GT.
Sebelum listrik beroperasi selama 24 jam, Ismail mengaku memenuhi kebutuhan setrumnya menggunakan mesin diesel yang biaya pengoperasiannya cukup mahal. Belum lagi, listrik dari mesin diesel baru menyala pada pukul 18.00 WIB sampai pertengahan malam dan terbatas untuk lampu dan beberapa keperluan lainnya.
"Kalau belum ada listrik, memang dibilangnya susah, segala kebutuhan itu memang tidak bisa dikelola," kata dia.
Lebih lanjut Ismail mengatakan, sekarang dirinya mampu mengumpulkan pendapatan mencapai Rp 2,5 juta per bulannya dari hasil melaut dan tentunya usai ada listrik dari PLN selama 24 jam. Pendapatannya pun bisa semakin besar jika didukung oleh cuaca yang baik.
"Penghasilan itu seperti yang saya sampaikan, kalau hasil itu susah diprediksi, kalau untuk rata-rata berkisar dari Rp 1 juta paling tinggi Rp 2,5 juta.
(hek/fdl)