Pembangkit Berbahan Kayu Bikin Tebal Kantong Warga Perbatasan

ADVERTISEMENT

Tapal Batas

Pembangkit Berbahan Kayu Bikin Tebal Kantong Warga Perbatasan

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 15 Nov 2019 16:48 WIB
Foto: PLTGB Pulau Kundur (Hendra Kusuma/detikFinance)
Tanjung Balai Karimun - Selain dapat menikmati listrik selama 24 jam non-stop, masyarakat di Pulau Kundur, Kabupaten Tanjung Balai Karimun (TBK) yang berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia kini berkantong tebal.

Pasalnya, di Pulau Kundur terdapat pembangkit listrik tenaga gasifikasi biomass (PLTGB) yang bahan bakarnya berasal dari kayu. Operator PLTGB adalah PT Prima Gasifikasi Indonesia (PGI), setidaknya setiap harinya membutuhkan kayu bakar sebanyak 40 ton.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Direktur Utama PT PGI Steve Kosasih mengatakan sebagian besar bahan bakar dibeli dari masyarakat sekitar.

"Kita punya kebun kaliandra, tapi kita juga membeli kayu dari masyarakat," ujar Kosasih beberapa waktu lalu kepada detikcom.


Kosasih menjelaskan, setiap bulannya PT PGI menghabiskan dana kurang lebih Rp 300 juta untuk memenuhi bahan bakar pembangkit, termasuk membeli seluruh kayu yang dijual oleh masyarakat sekitar.

Kayu yang dijual masyarkat, lanjut Kosasih, tidak ditentukan dan dibatasi atau kayu pohon apa saja bisa dimanfaatkan untuk PLTGB yang berada di wilayah perbatasan ini.

"Cara pembelian kayu dari warga, warga yang menebang kayunya diletakan di pinggir jalan, nanti ada petugas akan ambil menggukan truk, dan langsung di bawa ke pabrik," jelas dia.

Saat ini, Kosasih mengaku sedang mendorong masyarakat sekitar untuk menanam pohon kaliandra yang bisa dipanen dua kali dalam satu tahun. Pohon kaliandra, kata Kosasih memiliki potensi sebagai bahan bakar utama PLTGB.

"Kita juga mendorong warga menanam, salah satunya kaliandra, kita kerja sama dengan Pemda untuk dorong penanaman, kita juga bantu segi pembibitan," jelas dia.

Menurut Kosasih, dengan warga menanam pohon kaliandra pun ke depannya bisa memberikan banyak manfaat selain mendapatkan uang dari hasil menjual kayunya. Lahan pasca panen bisa ditanami sayuran yang cepat tumbuh. Sehingga memiliki keuntungan ganda.


Sekarang, dikatakan Kosasih bahwa masyarakat sekitar masih terbiasa menanam sembarang jenis pohon. Bahkan, kayu yang dijualnya pun terbilang berasal dari pohon tua. Sehingga lahan yang ada belum termanfaatkan dengan maksimal.

"Karena kita habiskan Rp 300 juta untuk bahan bakar dari warga. Efeknya sangat bagus, habis itu bisa tanam cabai, kelapa, sekarang lagi tren tanam durian. Sekarang kalau tebang nggak langsung divakar, sekarang disimpan dan dibakar dipembangkit," ungkap dia.

Simak Video "Penampakan PLTA Terbesar Kedua di Dunia Siap Beroperasi"
[Gambas:Video 20detik]
(dna/dna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT