Sementara, menurut Nicke dalam APBN 2020 sudah diketok kuota yang diberikan adalah 15,3 juta KL. Untuk itu pihaknya meminta masukkan dari DPR.
"Kita perkirakan nanti tahun depan prognosanya mencapai 17 juta. Dan ini barangkali kami akan meminta DPR sebagai bahan masukan untuk target tahun depan, mengingat di APBN masih 15,3 juta KL," kata dia dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (28/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Solar bersubsidi yang ditugaskan ke Pertamina mengalami peningkatan, jika kita lihat angka realisasi 2017 itu 14 juta KL, di 2018 meningkat 7,2% jadi 15,36 juta, dan prognosa di tahun ini jadi 16 juta KL," jelasnya.
Untuk tahun ini, Nicke menjelaskan adanya akses tol Trans Jawa dan Trans Sumatera membuat permintaan solar meningkat. Sementara kuotanya hanya 14,5 juta kiloliter (KL) di 2019.
"Dengan dibukanya jalur tol baik di Jawa maupun di Sumatera ini yang kemudian juga membuat demand meningkat," ujarnya.
Faktor lainnya karena adanya peningkatan permintaan di daerah-daerah industri, baik pertambangan maupun perkebunan.
Baca juga: Solar Subsidi Diramal Jebol, Ini Pemicunya |
"Meningkatnya demand di beberapa daerah khususnya daerah di mana industri pertambangan alami peningkatan, demikian juga industri perkebunan dan beberapa industri lainnya sehingga demand meningkat," tambahnya.
(toy/zlf)