"Saya diperintahkan Presiden untuk mengawal proyek-proyek yang menjadi inisiatif pemerintah. Salah satunya adalah pembangunan kilang minyak di Tuban ini. Kita tahu bahwa kita membutuhkan banyak kilang untuk mencukupi kebutuhan 260 juta penduduk Indonesia," kata Budi Karya dalam keterangan tertulis Kementerian Perhubungan, Sabtu (30/11/2019).
Budi Karya mengatakan, pembangunan kilang minyak ini membutuhkan lahan. Oleh karenanya dia mengizinkan Pertamina untuk melakukan restorasi dan reklamasi seluas 200 hektar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi Karya mengungkapkan, wilayah Tuban akan dibangun pelabuhan sepanjang kurang lebih 600 meter yang nantinya akan terintegrasi dengan kilang minyak milik PT Pertamina (Persero).
"Kira-kira panjang dermaga 400-600 meter. Lebarnya dan kapasitasnya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan," sebutnya.
Sementara itu Direktur Utama Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menambahkan, target pembangunan kilang minyak dan pelabuhan akan selesai pada tahun 2026.
"Untuk restorasi awal ini 6 bulan nanti kita akan terus lanjutkan restorasi untuk yang 200 hektar. Nanti pelabuhan kita bangun bersamaan dengan kilang. Jadi proyek kilang dan petrochemical ini semuanya akan selesai tahun 2026," jelas Nicke.
Rencananya proses pembangunan GRR Tuban ini dilakukan melalui skema kerja sama antara Pertamina dengan perusahaan Rusia, Rosneft Oil Company melalui pembentukan perusahaan joint venture bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRP&P).
"Nanti kapasitas pengolahan kilang minyak mencapai 300 kbpd, produksi gasoline 14 juta liter per hari, produksi diesel 16 juta liter per hari dan total produksi petrokimia 4.250 ktpa," tutup Nicke.
(fdl/fdl)