Pencapaian ini diakui sebagai sebuah keberhasilan dalam suatu proyek dengan tidak terjadinya kecelakaan kerja. Sebagai bentuk apresiasi, pada hari Senin (9/12/2019) lalu, diselenggarakan acara yang bertempat di lokasi proyek di Cilamaya. Pada kesempatan tersebut acara perayaan ini dihadiri oleh Komisaris PT Pertamina Power Indonesia, Narendra Widjajanto.
"Alhamdulillah Proyek IPP Jawa-1 saat ini telah mencapai 5 juta jam kerja aman. Hal ini tidak lepas dari kerja sama yang solid dan baik di antara anggota konsorsium PT Jawa Satu Power yaitu Pertamina, Marubeni dan Sojitz," ujar Narendra dalam keterangannya, Kamis (12/12/2019).
Baca juga: Ini Alasan BUMN Pada Punya Hotel Sendiri |
Narendra menuturkan pencapaian itu tidak mudah untuk dilakukan tanpa adanya kontribusi yang baik dari Konsorsium Kontraktor EPC (Engineering, Procurement and Construction), GE, Samsung C&T dan Meindo beserta sub-kontraktor dalam menerapkan budaya kerja aman, dan juga Konsorsium Owner Engineer, Black & Veatch dan Kwarsa Hexagon.
"Karena proyek ini adalah proyek strategis nasional, kami berharap dukungan dari semua pihak agar ke depan tetap berjalan lancar sesuai harapan bersama," tambahnya.
Sebelumnya, pada (6/12/2019) PT Jawa Satu Power selaku perusahaan patungan antara PT Pertamina Power Indonesia, Marubeni Corp dan Sojitz Corp yang dilaksanakan oleh mitra kerjanya, yaitu konsorsium GE, Samsung C&T dan Meindo, telah melaksanakan pengoperasian perdana Jetty atau terminal khusus.
Hal ini ditandai dengan dilakukannya pembongkaran pengiriman tahap pertama unit HRSG (Heat Recovery Steam Generator) yang merupakan salah satu peralatan utama Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 yang berupa komponen boiler atau ketel uap dengan berat sekitar 200 ton.
Sebagai informasi, PLTGU Jawa 1 akan dibangun terintegrasi dengan kapal Floating Storage Regasification Unit (FSRU) berkapasitas 170.000 m3 dan kemampuan regasifikasi sampai dengan 400 MMSCFD. Proyek ini menjadi proyek terintegrasi 'LNG-to-Power' pertama di Asia dan juga salah satu yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Proyek dengan nilai investasi US$1,8 miliar atau sekitar Rp 26 triliun ini dibiayai oleh konsorsium yang terdiri dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) and Nippon Export and Investment Insurance Co, Ltd (NEXI), Asian Development Bank (ADB), serta institusi perbankan komersial lainnya dengan skema pendanaan non-recourse project financing, dimana pembayaran pinjaman murni bersumber dari proyek itu sendiri. Secara keseluruhan, proyek ini melibatkan lebih dari 20 perusahaan domestik dan internasional. (mul/ega)