"Perhitungan kami di IESR, untuk investasi yang dibutuhkan demi mencapai target ini kira-kira diperlukan investasi senilai US$ 70-90 miliar atau kira-kira Rp 1.000 triliun," ujar Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa dalam acara peluncuran laporan tahunan Indonesia Clean Energy Outlook (ICEO) di The Energy, SCBD, Jakarta, Selasa (17/12/2019).
Akan tetapi, hingga akhir 2019, capaian investasi yang diterima pemerintah terbilang rendah dan belum mencapai target tahunannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Capaian investasi energi terbarukan tahun ini ialah sebesar US$ 1,17 juta dari total target senilai US$ 1,8 juta/tahunnya.
Selain tak capai target, 5 proyek dari total 75 proyek energi terbarukan yang telah menandatangani Power Purchase Agreements (PPAs) bahkan tercatat sudah diterminasi atau diputus kontraknya.
"Dan sejumlah proyek ET yang telah menandatangani PPA 2017-2018 masih mengalami kesulitan financial close," sambungnya.
Tak hanya itu, sejumlah investor asing yang sepanjang tahun 2015-2016 ramai masuk ke Indonesia, perlahan memilih menarik diri dan berpindah ke negara tetangga khususnya Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Thailand.
"Bahkan dari hasil survei kami terakhir, sejumlah bank dalam negeri mulai kehilangan appetite atas proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia," tutupnya.
(dna/dna)