PT PLN (Persero) menyatakan hingga kini program pembangkit listrik 35 ribu MW baru 10% yang selesai. 57% lainnya hingga kini baru memasuki tahap konstruksi.
"Sampai sekarang baru 10% sekitar 3.491,5 MW yang sudah dibangun. Lalu, 57% atau 20.126 MW sistem listrik masih dalam proses konstruksi," ungkap Direktur Regional Sulawesi dan Kalimantan PLN Syamsul Huda, dalam diskusi dengan pengusaha smelter, di Kantor Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jumat (20/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari data yang dipaparkan Syamsul, 27% proyek pembangkit sudah mendapatkan kontrak namun belum dibangun atau sekitar 9.515 MW. Lalu 4% lainnya sedang melakukan pengadaan proyek dengan jumlah 1.453 MW. Sementara itu 2% lainnya atau sekitar 734 MW masih dalam tahap perencanaan.
PLN sendiri tidak melakukan pembangunan pembangkit sendiri, pemerintah juga melibatkan pihak swasta alias independent power producer (IPP). Presentasenya, PLN akan menggarap 8,7 MW pembangkit, sementara pihak IPP akan membangun 26,6 MW.
Dari 3.491,5 MW pembangkit yang sudah beroperasi, PLN berkontribusi membangun pembangkit sebesar 2.118 MW. Sementara pihak IPP membangun 1.737,5 MW pembangkit lainnya.
Di tempat yang sama, Plt. Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani sendiri menargetkan ada tambahan 23 ribu MW daya listrik yang disiapkan hingga 2021.
"COD di akhir 2019 sudah 1000 mega (watt), mudah-mudahan sisanya 23.000 (MW) yang masih konstruksi bisa selesai sampai 2021," ungkap Sripeni.
Dia menambahkan dalam rencana usaha penyediaan listrik (RUPTL) 2019-2028, rencananya pemerintah akan menambah hingga sekitar 50 ribu MW pembangkit listrik. Nantinya pun penyediaan listrik ini bakal menggunakan energi baru terbarukan (EBT).
"Nah kalau sampai 2028, di dalam RUPTL 2019-2028 kita akan menambah 50 GW. Kita akan tambah dengan bauran fuel mixnya dengan naikin porsi EBT," ungkap Sripeni.
(das/das)