Ada Lagi Ritel Tutup di 2020? Pengusaha: Pasti Ada!

Ada Lagi Ritel Tutup di 2020? Pengusaha: Pasti Ada!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 31 Des 2019 15:24 WIB
Foto: Giant - Achmad Dwi Afriyadi, detikFinance
Jakarta - Sederet toko ritel menutup gerainya sepanjang 2019. Di Indonesia saja, puluhan toko tercatat sudah ditutup. Hero menutup 26 toko, sedangkan Giant menutup 7 toko.

Lalu bagaimana di tahun 2020, apakah gelombang toko ritel tutup masih terus terjadi?

Ketua umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan kemungkinan masih ada toko ritel yang akan tutup tahun depan. Khususnya untuk toko ritel berskala besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selagi masih ada peritel toko besar bisa saja. Kan masih ada yang punya toko gede-gede, nggak banyak lah, tapi pasti ada," ungkap Roy kepada detikcom, Selasa (31/12/2019).

Menurutnya, toko ritel harus mengikuti perubahan pola belanja yang ada di masyarakat. Mau tidak mau toko yang besar harus dikecilkan dan direlokasi, demi menghindari kerugian.


"Karena semua mau mengecilkan toko dan merelokasi. Kita juga harus ikuti perubahan pola belanja kan," ujar Roy.

Roy mengatakan strategi utama untuk toko ritel bertahan memang dengan memanjakan para konsumen. Salah satunya, beberapa ritel mulai memberikan jasa layanan delivery.

"Strateginya bikin toko yang kecil untuk efisiensi. Kita juga mulai buat program khusus buat manjakan konsumen, kaya layanan delivery," kata Roy.

Sebelumnya, Roy menilai telah terjadi perubahan pola belanja di tingkat konsumen. Menurutnya, kini konsumen sudah tidak mau lagi berbelanja dengan sistem stok atau dalam jumlah besar.

Roy mengatakan kini masyarakat lebih banyak yang belanja sesuai kebutuhan jangka pendek saja. Kebanyakan itu semua sudah bisa dilakukan di mini market atau bahkan warung biasa.

"Jadi pola belanja konsumen berubah, mereka tidak lagi main stocking. Polanya itu membeli sesuai kebutuhan dan keinginan dalam jangka pendek, itu bisa dipenuhi di minimarket dan warung sekitar rumahnya," ungkap Roy.


Selain itu, Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE), Piter Abdullah menilai bahwa tutupnya toko ritel memang disebabkan oleh daya beli masyarakat yang cenderung turun. Khususnya pada masyarakat kelas menengah ke bawah.

"Jadi memang konsumsi rumah tangga terlihat turun. Akhirnya ritel kecenderungannya turun, konsumsi turun ini karena dari sisi pembeli karena ada penurunan daya beli khususnya di masyarakat menengah ke bawah," ungkap Piter.

"Misal nilai tukar petani itu stagnan bahkan cenderung turun, buruh juga, itu sebabkan daya beli turun," lanjutnya.

(zlf/zlf)

Hide Ads