Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengungkapkan peluang Indonesia di tengah anjloknya harga minyak mentah dunia. Komisaris Utama PT PGN (Persero) Tbk itu mencontohkan hal yang biasa dilakukan negara lain ketika harga minyak dunia rendah.
"Bagaimana peluang Indonesia jika harga minyak dunia turun seperti sekarang? Di sejumlah negara konsumen minyak besar, dalam situasi ini mereka akan cenderung melakukan kontrak jangka panjang dengan produsen minyak," kata dia dikutip detikcom dari catatan Instagramnya, Selasa (21/4/2020).
Menurutnya melalui kontrak jangka panjang, harga dan jangka waktu pengirimannya bisa diatur. Kalau Indonesia punya tempat penyimpanan yang banyak, tentu minyak yang dibeli bisa langsung dikirim. Sebaliknya jika kapasitasnya terbatas dan sudah penuh, kontrak pembelian bisa tetap dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentunya kita bisa menentukan kapan delivery time (waktu pengiriman) dari crude oil (minyak mentah) tersebut. Harganya pun akan tetap menguntungkan," sebutnya.
Biasanya, lanjut dia, situasi harga minyak yang rendah akan dijadikan momentum untuk memperkuat hilir migas. Contohnya dengan mengembangkan proyek kilang minyak, petrokimia, dan infrastruktur Iain seperti jaringan gas bumi.
"Harapannya, ketika infrastruktur selesai dibangun, rata-rata butuh waktu 3-5 tahun, infrastruktur hilir sudah siap beroperasi ketika harga minyak kembali normal," ujarnya.
Dia juga menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi minyak terbesar di kawasan Asia setelah China dan India. Dengan populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang konsisten, kebutuhan energi nasional pun akan terus meningkat. Berdasarkan data tahun lalu, kebutuhan minyak Indonesia sekitar 1,4 juta barel per hari dan diperkirakan bakal terus meningkat.
Sementara saat ini, Indonesia juga masih bergantung impor untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri, di samping dari hasil kilang sendiri.
"Negara kita memenuhi kebutuhan minyak dari pengolahan sumber minyak di dalam negeri, melalui sejumlah kilang yang sudah beroperasi. Seperti di Cilacap dan Bontang. Sebagian lagi kita masih mengimpor minyak dari sejumlah produsen minyak global," tambahnya.
(toy/ara)