Tagihan listrik yang tiba-tiba tinggi menjadi pembicaraan yang hangat belakangan ini. PT PLN (Persero) pun buka suara terkait hal tersebut.
Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PLN Yuddy Setyo Wicaksono menjelaskan tiga penyebab tagihan listrik pelanggan tiba-tiba bengkak.
Dia menyebutkan, pertama, karena adanya kebijakan work from home (WFH). Menurut Yuddy, kebijakan WFH membuat konsumsi lebih tinggi dari biasanya karena banyaknya anggota keluarga berada di rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tahu WFH bulan Maret berarti larinya rekening April dan Mei. Pencatatan WFH tadi menyebabkan peningkatan konsumsi listrik bagi sebagian pelanggan rumah tangga," kata Yuddy dalam sebuah diskusi webinar bertajuk tagihan listrik naik selama pandemi, di Jakarta Senin (8/6/2020).
Kedua, karena bulan Mei Ramadhan. Saat Ramadhan, kata dia, konsumsi listrik lebih panjang karena sebagian pelanggan bangun lebih awal untuk memulai aktivitas.
"Kita ketahui bulan Mei ada Ramadhan, kami punya data saat Ramadhan dibanding bulan-bulan sebelum Ramadan terjadi kenaikan pemakaian konsumsi listrik. Kalau Ramadan kita bangun lebih awal lampu-lampu dinyalakan semuanya artinya konsumsi lebih panjang," jelasnya.
Ketiga, dia menjelaskan, saat WFH pencatatan listrik dihitung berdasarkan rata-rata 3 bulan sebelumnya atau sebelum WFH. Sementara, pemakaian listrik pada bulan April dan Mei mengalami peningkatan karena WFH.
Kelebihan pemakaian listrik pada April dan Mei belum terhitung dan terbayarkan karena perhitungan rata-rata 3 bulan sebelumnya tadi. Lalu, pada bulan Juni, perhitungan listrik dihitung dengan sesungguhnya ditambah kelebihan listrik April dan Mei. Hal ini membuat tagihan listrik pada Juni membengkak.
"Waktu Juni dicatat sesungguhnya maka bulan Juni sudah naik WFH sebelum COVID, ditambah lagi kWh yang belum dicatat belum dibayar April-Mei ditumpukkan ke bulan Juni. Ini yang menyebabkan pembengkakan lonjakan tagihan listrik," terangnya.
(acd/hns)