PLN Beberkan Penyebab Tagihan Listrik Bengkak

PLN Beberkan Penyebab Tagihan Listrik Bengkak

anis - detikFinance
Senin, 15 Jun 2020 11:22 WIB
Menyambut lebaran Idul Fitri 1438H, Perusahaan Listrik Negara (PLN) memberi diskon hingga 50 persen untuk penyambungan tambah daya dan baru.
Ilustrasi/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

PT PLN (Persero) memastikan tarif dasar listrik seluruh golongan tidak naik. Kenaikan tagihan listrik pelanggan dinilai terjadi karena adanya kenaikan pemakaian dari pelanggan itu sendiri.

Direktur Niaga dan Manajemen Pelayanan Pelanggan PLN, Bob Saril mengatakan penyebab pertama tagihan listrik naik karena pelanggan lebih banyak di rumah sejak adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Yang mungkin dahulunya di rumah tapi sejak ada PSBB untuk para pekerja atau yang sekolah, kuliah, stay at home. Dengan stay at home ini maka kenaikan yang dirasakan pelanggan disebabkan oleh kegiatan mereka karena segala aktivitas dilakukan di rumah," kata Bob melalui telekonferensi, Senin (15/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu penyebab lainnya karena adanya bulan Ramadhan. Bob bilang, rata-rata tagihan listrik pelanggan di bulan Ramadhan memang mengalami lonjakan, ditambah adanya PSBB.

"Ada kenaikan pada rumah tangga karena mereka lebih banyak kegiatan ditambah PSBB karena biasanya ada solat di masjid, sekarang di rumah karena ada PSBB," sebutnya.

ADVERTISEMENT

Bob memberikan gambaran perhitungan kenapa tagihan listrik bisa melonjak hingga 200%. Pada bulan Maret petugas PLN tidak bisa melakukan pencatatan meter ke rumah pelanggan. Untuk itu, tagihan April dan Mei PLN menggunakan mekanisme pencatatan rata-rata tiga bulan sebelumnya.

"Bulan Maret PLN karena adanya penyebaran virus maka diminta semua petugas tidak mencatat. Nah cara kita mengetahuinya melihat standar Internasional rata-rata tiga bulan, maka digunakan itu," ucapnya.

Misal, rata-rata pelanggan listrik di bulan Desember-Januari-Februari memakan kue 5. Namun karena ada WFH di bulan Maret, konsumsi listrik naik sehingga pelanggan memakan kue jadi 7. Tapi PLN menghitungnya masih berdasarkan rata-rata konsumsi yakni 5, kelebihan 2 kuenya tidak dihitung.

"Maka saya tagihkan 5, tapi yang sudah dimakan 7. Ada 2 lagi yang belum dibayar pelanggan," ucapnya.

Ditambah konsumsi listrik di bulan April yang tanpa disadari membengkak karena satu bulan full WFH, katakanlah pelanggan listrik memakan kue jadi 9. Namun PLN juga masih menghitungnya berdasarkan rata-rata yakni 5 kue, berarti ada lebih 6 kue yang belum dihitung.

Nah di bulan Mei ini PLN mulai mencatat meteran ke rumah pelanggan, misalnya pelanggan memakan kue tetap 9. Maka pelanggan harus membayar tagihan dengan seolah-olah memakan kue 15 sehingga lonjakan tagihan 200% tidak terhindarkan.

"Maka kelihatan dia pakai 9. Tentu saja 9+6, naiknya 200%," tegasnya.




(eds/eds)

Hide Ads