Ini Tujuan di Balik Pemangkasan Direksi Pertamina

Ini Tujuan di Balik Pemangkasan Direksi Pertamina

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 15 Jun 2020 16:54 WIB
Logo Pertamina di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan tujuan dibalik pemangkasan jumlah direksi perusahaan minyak dan gas milik negara tersebut pada pekan lalu.

Pemangkasan direksi Pertamina dari 11 menyisakan 6 melahirkan subholding yang merupakan bagian dari holding migas.

"Bahwa lini-lini bisnis Pertamina ini yang sangat luas ini dari mulai hulu ke hilir, kita melihat semuanya ini sudah profitable, sudah dewasa. Nah sudah saatnya ini di spin-off, diperkuat, diberikan keleluasaan, flexibility, kemandirian untuk berkembang. Dibentuklah subholding," kata dia dalam diskusi virtual yang disiarkan langsung di Facebook, Senin (15/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibarat seorang anak yang sudah dewasa, lini-lini bisnis di Pertamina tersebut diberikan rumah sendiri untuk berkembang.

"Nah kita sekarang belikanlah rumah-rumah baru yang lebih besar buat anak-anaknya, kemudian bisa mengembangkan diri lebih baik lagi, kita berikan itu aset-asetnya, kita buatkan subholding-subholding. Jadi itu sebetulnya maknanya, sehingga semua operasional itu dijalankan oleh (subholding), sekarang jadinya ada 6 kan subholdingnya termasuk yang gas," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Sedangkan Pertamina selaku holdingnya lebih fokus kepada hal-hal yang bersifat strategis ke depannya.

"Karena kalau kita lihat target Pertamina ini kan kita sekarang Alhamdulillah 2018 kita sudah di peringkat 175 di Fortune 500. Tentu kita targetnya ingin sampai ke ranking 100 ya, dengan ada juga aspirasi dari Menteri BUMN itu ingin ke market cap-nya (kapitalisasi pasar) US$ 100 billion. Artinya apa? kalau kita ingin kemudian masuk ke jajaran itu maka kita pun harus melakukan cara-cara yang dilakukan oleh global company lainnya," jelasnya.

Menurutnya untuk mencapai hal tersebut, Pertamina tidak bisa hanya mengandalkan cara-cara konvensional. Perlu dipacu yang namanya inorganic growth atau pertumbuhan anorganik, akuisisi bisnis, hingga melakukan penawaran umum perdana sahamnya (initial public offering/IPO).

Kalau hanya fokus pada pertumbuhan organik semisal mengandalkan energi konvensional, itu trennya akan menurun pada 2030. Artinya Indonesia hanya punya waktu 10 tahun untuk melakukan perubahan sebelum 2030.

"10 tahun itu sebentar sekali. Kalau kita tidak melakukannya mulai hari ini maka kita akan terlambat. Ketika semuanya sudah berubah, kita nya belum bergerak. Apalagi dengan badan yang besar. Nah jadi itu sebetulnya reason-nya (alasannya). Dan kita melihat memang sudah seharusnya kita, saatnya kita berubah seperti itu," tambahnya.




(toy/eds)

Hide Ads