Giliran Kartika Putri Ngeluh Tagihan Listrik Sampai Rp 17 Juta

Giliran Kartika Putri Ngeluh Tagihan Listrik Sampai Rp 17 Juta

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 10 Jul 2020 10:15 WIB
Kartika Putri saat ditemui di studio Trans TV.
Foto: Palevi S/detikFoto
Jakarta -

Setelah kemarin Chef Arnold Poernomo mencurahkan keluhannya tentang tagihan listrik yang bengkak, kembali muncul artis juga mengeluhkan hal yang sama. Kali ini giliran Kartika Putri yang mencurahkan kekesalannya lantaran tagihan listrik yang meroket.

Lewat akun instagramnya Kartika menjelaskan biasanya tagihan listriknya hanya sekitar Rp 6-7 juta per bulan. Namun pada bulan ini tagihan yang masuk mencapai hampir Rp 17 juta.

"Perbulan biasanya 6-7 juta. Kenapa bulan ini bisa sampe 17 jutaan yaaa. Mohon penjelasannya ya bang @infopln @pln_id @pln123_official," tulis Kartika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kekesalan Kartika berlanjut di postingan IG stories-nya. Dia mengunggah foto-foto yang menyindir PLN. Seperti foto lampu petromak.

"Mulai beralih ke petromaks," tulisnya.

ADVERTISEMENT

Kartika juga menyindir dengan posting foto barang bertuliskan akan menjual barang-barang elektroniknya yang menyerap banyak listrik.

Kemarin, Chef Arnold Poernomo mengaku tagihan listriknya naik 4 kali lipat dari biasanya Rp 2,5 juta menjadi Rp 10 juta.

Setelah cuitannya ramai dikomentari warganet di Twitter, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur langsung menghampiri rumah Chef Arnold yang berlokasi di Kota Surabaya.

Saat menemui Chef Arnold, PLN menjelaskan penyebab tagihan listrik di Bulan Juli yang membengkak menjadi Rp 10 juta dari yang biasanya Rp 2,5 juta/bulan.

Menurut Manager PLN ULP Ngagel Iva Parastutik yang menemui Arnold, pembengkakan itu disebabkan oleh dihentikannya sementara pemeriksaan meter ke rumah-rumah pelanggan PLN oleh petugas baca meter. Akibatnya, tagihan pemakaian listrik akhir Maret-Mei dihitung berdasarkan rata-rata pemakaian 3 bulan sebelumnya. Ternyata, terdapat selisih antara pemakaian riil dibandingkan yang telah ditagihkan pada bulan April-Juni 2020.

"Selisih pemakaian tersebut terakumulasi ke dalam tagihan Juli 2020 dikarenakan pada akhir Juni angka stand meter sudah bisa dibaca petugas," jelas Iva.




(das/eds)

Hide Ads