Jakarta -
Program kelistrikan 35.000 mega watt (MW) terus berjalan hingga saat ini. Namun, pembangkit yang telah beroperasi baru 8.382 MW atau sekitar 24%.
"Sementara yang sudah benar-benar operasi adalah 23,9%," kata Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (25/8/2020).
Lebih rinci, untuk pembangkit yang sudah tahap konstruksi mencapai 19.067 MW atau setara dengan 54%. Pembangkit yang sudah kontrak power purchase agreement (PPA) namun belum konstruksi 6.528 MW atau 18%. Selanjutnya, sebanyak 2% masih dalam pengadaan dan 2% lagi masih dalam perencanaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, untuk program kelistrikan 7.000 MW dari pemerintahan sebelumnya sudah beroperasi 94% atau setara 7.458 MW. Program kelistrikan 7.000 MW sendiri targetnya adalah 7.916 MW.
"Untuk progres pembangkit program 7.000 MW sebesar 94% atau setara dengan 7.458 MW sudah dilakukan COD, SLO atau komisioning. Sementara 6% setara 458 MW masih dalam progres konstruksi," terangnya.
"Artinya keseluruhan program carry over tersebut secara fisik sudah dikerjakan dan bahkan sebagian besar sudah operasi," tutupnya.
Klik halaman selanjutnya>>>
Proyek 35.000 megawatt (MW) bakal meningkatkan kebutuhan batu bara karena pembangkit dalam proyek tersebut sebagian menggunakan batu bara. Zulkifli mengatakan, PLN mengambil sebagian kepemilikan tambang untuk menjaga pasokan batu bara.
"Program 35.000 MW yang sebagian berbasis bahan bakar batu bara akan meningkatkan kebutuhan batu bara PLTU Indonesia setiap tahun. Masa produksi pembangkit listriknya khusunya PLTU adalah 30-40 tahun sehingga perlu dipastikan ketersediaan batu bara selama PLTU tersebut operasi," jelasnya.
"Salah satunya dengan cara memiliki tambang persentase tertentu sesuai spesifikasi yang dibutuhkan untuk memastikan ketersediaan batu bara dengan harga terjangkau dan jumlah memadai serta kontinuitas terjaga," sambungnya.
Dalam paparannya, Zulkifli mengatakan, ada sejumlah langkah yang diterapkan PLN. Sebutnya, pertama, program akuisisi tambang batu bara PLTU Mulut Tambang.
Lebih rinci dia menyebut, PLTU MT Jambi-1 (2x300 MW) sebagian saham tambang dimiliki PLN Group dan saat ini telah berproduksi 2,3 juta MT. Lalu, PLTU Kalselteng-3 (2x100MW) sebagian saham tambang dimiliki PLN Group dan saat ini dalam tahap pembebasan dan sertifikasi lahan.
Kedua, program akuisisi tambang berikut infrastruktur pendukung untuk security of supply dan efisiensi biaya penyediaan batu bara. Rincinya, di Sumatera Selatan sebagian saham tambang dimiliki PLN Group dan saat ini telah produksi sebesar 700 ribu MT. Lalu, PLTU Meulaboh 3-4 (2x200) saat ini dalam tahap kajian oleh pihak independen untuk valuasi tambang.
Ketiga, program kerja sama tambang untuk pemanfaatan batu bara lokal yang dekat dengan PLTU Nagan Raya 1-2. Saat ini dalam tahap kajian oleh pihak ahli.
Simak Video "Video: Siap-siap! Diskon Tarif Listrik 50% Bakal Ada Lagi"
[Gambas:Video 20detik]