ExxonMobil Pernah Jadi Raksasa Migas Dunia, tapi Kini....

ExxonMobil Pernah Jadi Raksasa Migas Dunia, tapi Kini....

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 27 Agu 2020 16:50 WIB
Harga Minyak Jatuh, Laba Perusahaan Migas Anjlok
Foto: BBC
Jakarta -

Perusahaan penghasil dan pengecer minyak dan gas (migas) ExxonMobil pernah menjadi raksasa migas di beberapa dekade. Bahkan menjadi perusahaan paling berharga di dunia.

Julukan itu didapat ExxonMobil karena sempat menjadi perusahaan yang paling menguntungkan. Pada 2013 nilai pasarnya mencapai US$ 446 miliar setara Rp 6.500 triliun (kurs Rp 14.600). Saat terakhir kali minyak mentang diperdagangkan di atas US$ 100 per barel.

Perusahaan juga sering kali memberikan penghargaan kepada pemegang sahamnya. Namun, masa kejayaan ExxonMobil hanya tinggal masa lalu. Kini Exxon menelan kerugian pertama kalinya dalam beberapa dekade. Nilai perusahaan pun anjlok menjadi US$ 267 miliar (Rp 3.900 triliun).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibatnya Exxon kini dikeluarkan dari salah satu indeks saham di Wall Street yakni Down Jones Industrial Average. Indeks saham itu telah melekat di Exxon selama 92 tahun. Kini Exxon digantikan oleh perusahaan teknologi Salesforce dan perusahaan migas Chevron. Menggantikan Exxon, Chevron menjadi satu-satunya perusahaan migas di Dow Jones.

"Sangat simbolis. Itu adalah gambaran bahwa sektor energi tidak memiliki pengaruh yang hampir sama seperti dulu," kata analis energi di CFRA Research, Stewart Glickman, dikutip dari CNN, Kamis (27/8/2020).

ADVERTISEMENT

Perusahaan analisis pasar dan investor Bespoke Investment Group mengatakan sektor energi cukup berkontribusi 16% pada 2008 dari indeks saham S&P 500. Saat harga minyak di atas US$ 140 per barel. Saat ini industri energi hanya berkontribusi 2,5 % dari S&P 500.

Rendahnya kontribusi minyak mentah disebabkan ekonomi Amerika Serikat yang kini terus mendukung perusahaan teknologi. Kini perusahaan teknologi seperti Amazon, Apple, dan Zoom terus berkembang pesat selama pandemi virus Corona.

Industri minyak mentah di masa pandemi Corona malah terseret anjlok ke harga negatif pada awal pandemi melanda. Hal itu menjatuhkan permintaan akan minyak mentah.

Saham Exxon kini diperdagangkan di level rendah, turun sekitar 40% tahun ini. Penurunan itu menjadi angka terendah sejak 18 tahun. Dibandingkan saham Chevron yang hanya turun 28%.




(zlf/zlf)

Hide Ads