Operator kapal tanker Jepang yang menumpahkan lebih dari 1.000 ton minyak di lepas pantai Mauritius pada Juli menjanjikan ganti rugi US$ 9,4 juta atau setara Rp 136 miliar (kurs Rp 14.500/US$) untuk melakukan pembersihan. Dampak tumpahan minyak tersebut membuat mangrove dan terumbu karang rusak
Mengutip DW, Jumat (11/9/2020), Mauritius sebelumnya meminta Jepang untuk menyediakan US$ 34 juta untuk membantu mengatasi dampak tumpahan minyak.
Mitsui OSK Lines mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya berencana untuk menyumbangkan total dana sekitar satu miliar yen Jepang (US$ 9,4 juta) selama beberapa tahun untuk mendukung langkah-langkah untuk memulihkan lingkungan laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah-langkah tersebut termasuk menjalankan proyek perlindungan bakau dan karang serta dana pemulihan lingkungan.
Selain itu, perusahaan perkapalan tersebut berencana untuk memberikan dukungan lebih lanjut kepada industri perikanan dan pariwisata lokal, namun detailnya akan dikerjakan nanti.
Sebagai informasi, tumpahan bahan bakar tersebut diyakini telah bocor dari kapal pada Agustus setelah kandas di lepas pantai Mauritius.
Sementara itu para ahli menggambarkan bahwa tumpahan minyak itu menjadi bencana alam yang akan berdampak luas dan jangka panjang.
"Sementara tumpahan minyak mungkin menghabiskan berminggu-minggu menjadi berita utama, minyak akan menghabiskan beberapa dekade di garis pantai," kata Carroll Muffett, presiden Pusat Hukum Lingkungan Internasional nirlaba yang berbasis di AS Agustus lalu.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi mengatakan pekan lalu bahwa negaranya akan terus mendukung upaya pemulihan.
Kecelakaan itu masih diselidiki oleh otoritas Mauritius. Hal itu menyebabkan protes yang meluas.
(toy/ara)