Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan realisasi investasi hulu migas hingga akhir tahun 2020 akan lebih rendah dari realisasi pada 2019 yang mencapai US$ 11,7 miliar.
"Investasi migas sampai dengan Agustus 2020 mencapai US$ 6,1 miliar. Tahun ini ekspektasinya lebih tinggi tapi karena COVID-19 tadi ini jadi lebih rendah (dari 2019)," kata Dwi dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (30/9/2020).
Perkiraan nilai investasi hulu migas hingga akhir tahun ini terdiri atas US$ 2,8 miliar untuk pekerjaan eksplorasi dan pengembangan (development), US$ 7,7 miliar untuk kegiatan produksi, dan US$ 0,7 miliar untuk administrasi.
Dwi menjelaskan asumsi harga minyak yang digunakan pada 2020 yakni US$ 38 per barel, dan pada 2021 diperkirakan sekitar US$ 45 per barel. Pada 2021 menurutnya akan ada peningkatan komitmen kerja pasti (KKP) yang merupakan hasil pelimpahan (carry over) dari rencana yang seharusnya dilakukan pada 2020.
"Sudah ada komitmen dari KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) dan itu harus dilaksanakan. Peningkatan kegiatan tidak selalu mencerminkan peningkatan investasi karena adanya efisiensi masif SKK Migas dan KKKS," tuturnya.
Oleh karena itu, pada 2021 rencana investasi diproyeksikan akan mencapai US$ 12,3 miliar dengan rincian US$ 3,3 miliar untuk eksplorasi dan development, US$ 8,1 miliar untuk produksi, dan US$ 0,9 administrasi.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi VII dari Fraksi PKS Mulyanto menilai realisasi investasi hulu migas tahun ini tidak akan mencapai target. Pasalnya, karena kondisi sulit pandemi COVID-19.
"Soal investasi saya lihat tadi dari outlook juga, investasi nggak tercapai dari target. Apalagi ketika kita memasuki suasana pandemi ini saya rasa investasi kita akan sulit mencari mitra-mitra kita, persoalan ini dirasakan oleh semua sektor," ucapnya.
(hns/hns)