Jakarta -
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati masuk jajaran perempuan paling berpengaruh dunia tahun 2020 atau Most Powerful Women International versi Fortune. Di daftar tersebut, Nicke berada di peringkat 16.
Majalah bisnis global itu dalam artikelnya menjelaskan dasar utama pemilihan tokoh-tokoh wanita di daftar tahun ini adalah dari kecakapan mereka menangani dampak pandemi COVID-19. Beberapa di antaranya dinilai dari keberaniannya yang mau terjun ke industri yang biasanya didominasi pria seperti industri pertambangan, baja, dan migas.
Nicke memenuhi kedua kriteria di atas. Perusahaan yang dipimpinnya juga tengah terimbas pandemi COVID-19 sekaligus bergerak di bidang yang biasanya didominasi pria.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nicke sebagai Direktur Utama Pertamina mendapatkan tanggung jawab yang besar. Ia harus mengawasi perusahaan dengan pendapatan tahunan lebih dari US$ 54,6 miliar dengan 32.000 karyawan di seluruh dunia itu agar tetap stabil.
Wanita kelahiran Tasikmalaya, 25 Desember 1967 itu berlatar belakang insinyur dan sudah memimpin perusahaan pelat merah tersebut sejak 2018. Ia menggantikan pendahulunya, Elia Massa Manik yang diberhentikan di tengah upaya restrukturisasi.
Ia kemudian dipercayakan menjadi pimpinan Pertamina untuk mentransformasi menjadi perusahaan induk dengan anak perusahaan terbuka selama 2 tahun ke depan. Namun, dalam perkembangannya, pandemi COVID-19 membawa dampak cukup dalam buat Pertamina.
Rekam jejak Nicke di halaman berikutnya.
Sebelum menjabat sebagai Dirut Pertamina, Nicke lebih dulu menjabat sebagai Direktur SDM Pertamina dan pernah menjabat sebagai Direktur Pengadaan Strategis 1 PT PLN (Persero).
Pertamina bukan satu-satunya perusahaan pelat merah tempat Nicke bertugas. Sebelumnya, Nicke pernah menjadi direksi di PT PLN. Nicke pernah berkarier sebagai Direktur Pengadaan Strategis 1 PLN.
Sebelum itu, Nicke juga pernah dipercaya sebagai Direktur Utama PT Mega Eltra yang merupakan kontraktor listrik di lingkungan holding PT Pupuk Sriwijaya. Lalu, juga menjadi Direktur Bisnis di PT Rekayasa Industri (Rekind) dan Vice President Corporate Strategy Unit (CSU) di perusahaan yang sama.
Gelar pendidikan terakhir yang dia peroleh adalah gelar Magister (S2) dari Universitas Padjadjaran untuk Program Pendidikan Hukum Bisnis. Sebelumnya, ia menempuh pendidikan Sarjana (S1) di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan mendapatkan gelar S1-nya pada tahun 1991.
Saat awal menjabat sebagai pimpinan Pertamina, Nicke langsung mengebut pengembangan kilang di Indonesia. Salah satu pengembangan proyek kilang yang langsung digarapnya saat itu adalah kilang Balikpapan dan Cilacap.
Selain itu, Pertamina di bawah kepemimpinan Nicke juga melakukan implementasi program Biodiesel yang saat ini mencapai B20. Rencananya, pertengahan tahun depan Pertamina bisa memproduksi 100% biodiesel atau B100 demi menekan impor minyak mentah, sehingga dapat mengurangi defisit neraca perdagangan.
Selama masa pandemi ini, Nicke juga mengeluarkan program promo cashback sebesar 50% khusus untuk pengemudi ojek online (ojol). Ojol yang melakukan pembelian BBM non-subsidi di SPBU Pertamina dengan menggunakan aplikasi MyPertamina berhak mendapatkan promo tersebut. Tujuannya untuk meringankan beban hidup para pengemudi ojol terutama pada masa wabah COVID-19 ini.
Profesi ojol di menjadi salah satu profesi yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia, juga sangat bermanfaat dan diandalkan masyarakat untuk membantu memberikan pelayanan penghantaran kebutuhan sehari-hari.