RI Butuh Energi Murah, Apa Saja Pilihannya?

RI Butuh Energi Murah, Apa Saja Pilihannya?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 02 Nov 2020 13:37 WIB
Para pekerja melakukan operasional rutin di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Selasa (13/11). PLTU dibawah naungan energi provider PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (E2I) tersebut akan menggenjot kemampuan produksi mulai tahun depan dari 2x7 MW pada tahun 2012 menjadi  2x50 MW.
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan saat ini Indonesia butuh energi yang murah. Budi mengatakan, saat ini BUMN sedang mengeksplor opsi-opsi energi yang terjangkau biayanya.

Energi yang murah menurutnya dapat menaikkan daya saing sektor industri di Indonesia. Selain itu, masyarakat juga butuh memenuhi konsumsi energinya dengan biaya yang terjangkau.

"Amanahnya ke kami, untuk semua BUMN energi di kita adalah mencari primary energy yang murah dan banyak di Indonesia. Energi bermacam ragamnya, presence-nya juga banyak di dunia internasional. Tapi negara kita butuh energi murah, agar kompetitif di sisi industrinya dan juga bisa amankan konsumsi rakyat kita," jelas Budi dalam sebuah webinar, Senin (2/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengungkapkan sebetulnya energi yang paling terjangkau saat ini adalah batu bara dan air. Dia mengatakan saat ini dua energi tersebut sedang digalakkan penggunaannya.

"Saat ini batu bara dan air, dua primary energi ini merupakan yang paling murah. Harusnya kita blend dan kita campur kita kombinasikan dua itu dengan energi yang lain," ungkap Budi.

ADVERTISEMENT

Budi juga sempat mengungkapkan pengalamannya saat masih menjadi bankir, dia bercerita setiap ada proyek yang membutuhkan listrik dia lah yang menyetujui.

Di sana dia bisa tahu berapa rata-rata biaya energi untuk memproduksi listrik di Indonesia. Paling murah adalah biaya batu bara dan air. Batu bara hanya 6 sen dolar per kwh, sementara hydropower alias tenaga air biayanya hanya 3,5 sen dolar per kwh.

"Saya dulu di bankir kalau setiap approve proyek listrik, kalau produksi listriknya diesel cost-nya bisa 12-15 sen (dolar) per kwh, kalau gas bisa turun 8-10 sen per kwh," papar Budi.

"Kalau batu bara bisa 4-6 sen per kwh, ada proyek besar hydropower bisa 2,5-3,5 sen per kwh," lanjutnya.


Hide Ads