Jakarta -
Wacana penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium kembali bergulir. Wacana ini sebenarnya sempat berhembus di era Menteri ESDM Sudirman Said, tapi tak kunjung terealisasi.
Kali ini, rencana penghapusan Premium dilontarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penghapusan Premium akan dilakukan di wilayah Jawa, Madura dan Bali (Jamali) pada 1 Januari 2021 dan disusul wilayah-wilayah lain.
Meski begitu, regulator di sektor energi yakni Kementerian ESDM belum banyak bersuara terkait wacana tersebut. Saat dikonfirmasi awak media, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji irit bicara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau itu terus terang aja, yang detil-detil, yang tadi aja, yang dengan DPR aja," katanya usai rapat dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (16/11/2020).
Kembali, saat ditanya apakah ada rencana penghapusan Premium,Tutuka belum bisa menjawab. Ia hanya bisa bicara yang sifatnya umum.
"Nanti aja, saya yang makro dulu sekarang," ujarnya.
Alasan Premium mau dihapus di halaman berikutnya.
KLHK sebelumnya menyebut rencana penghapusan Premium di Jamali berlaku pada 1 Januari 2021. Setelah Jamali, kebijakan serupa akan diterapkan di kota-kota lainnya.
"Syukur Alhamdulillah, Senin malam yang lalu saya bertemu dengan Direktur Operasi Pertamina, beliau menyampaikan per 1 Januari 2021, Premium di Jamali khususnya itu akan dihilangkan. Kemudian menyusul kota-kota lainnya di Indonesia," kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) MR Karliansyah.
Pemerintah disebut berkomitmen untuk mengendalikan pencemaran dari kendaraan bermotor. Komitmen itu dituangkan ke dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No P20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori N, dan Kategori O.
"Pemerintah berkomitmen untuk mengendalikan pencemaran dari kendaraan bermotor ini," sebutnya.
Menurutnya, keberhasilan kebijakan tersebut sangat bergantung kepada kesediaan bahan bakar ramah lingkungan di masyarakat. Sementara berdasarkan data yang dia paparkan, mayoritas masyarakat masih menggunakan Premium yang tingkat pencemarannya tinggi.
"Data penjualan bensin masih menunjukkan Premium dan Pertalite yang mempunyai angka RON di bawah 91 masih mendominasi penggunaan BBM di masyarakat. Premium memiliki angka RON 88 masih mendominasi 55% penjualan bensin," tambahnya.
Simak Video "Premium Bakal Dihapus, Ini Tanggapan Warga"
[Gambas:Video 20detik]