Fasilitas minyak milik Saudi Aramco di Jeddah, Arab Saudi mendapat serangan roket. Serangan itu diklaim oleh kelompok pemberontak Houthi Yaman pada Senin (23/11) waktu setempat.
Melansir en.abna24, Selasa (24/11/2020), serangan roket diluncurkan setelah ada pembicaraan rahasia antara Pompeo, Netanyahu, dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).
Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman mengatakan pihaknya memang menargetkan serangan roket ke fasilitas minyak milik Saudi Aramco di kota Jeddah. Bahkan, Brigadir Jenderal Yahyah Saree mengatakan pejuang Yaman menembakkan roket 'Quds 2' ke fasilitas distribusi minyak Saudi Aramco.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses pembicaraan rahasia terjadi karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi Arab Saudi secara diam-diam pada hari Minggu (22/11). Di sana, Netanyahu bertemu MBS dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo.
Senior pakar energi dan Presiden Kelompok Riset Energi Wina, Fereydoun Barkeshli mengungkapkan dampak serta konsekuensi dari serangan roket terhadap pasar minyak internasional.
"Rudal yang ditembakkan sekitar pukul 08.00 dan 21.30 tanggal 22 menyebabkan kebakaran luas dan merusak fasilitas Aramco," kata dia.
Menurut dia, penembakan roket ini tepat pada saat pejabat tinggi Israel dan AS melakukan pertemuan tertutup.
"Yang paling mengejutkan Saudi, adalah waktu dan kejadian yang akurat dari serangan roket dengan sesi yang sangat rahasia," ungkapnya.
Sebagai informasi, Arab Saudi telah berkoalisi untuk mengintervensi serangan Houthi di Yaman sejak 2015, setelah kelompok pemberontak itu merebut Sanaa (Ibu Kota Yaman) pada tahun 2014. Konflik antara Houthi dengan Arab semakin parah karena negara itu berupaya memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Serangan Houthi telah membuat puluhan ribu orang, sebagian besar warga sipil, telah tewas dan jutaan orang mengungsi. PBB menyebut serangan Houthi sebagai bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
(hek/dna)