Peluang Bisnis Migas Masih Menggiurkan, Ini Buktinya

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan, dunia saat ini mengutamakan pemenuhan energi baru dan terbarukan, tak terkecuali Indonesia. Pemerintah pun mendukung komitmen global di mana ditargetkan pada tahun 2025 target bauran energi terbarukan mencapai 23% dan pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 29% di tahun 2030.

Meski begitu, Arifin menuturkan, akselerasi pengembangan EBT ini tidak meninggalkan sektor migas. Dia menjelaskan, meski secara persentase bauran energi migas turun, secara nominal meningkat.

"Peran sub sektor migas tersebut tidak hanya dalam pemenuhan kebutuhan energi untuk transportasi maupun kelistrikan namun juga berperan sebagai bahan baku dalam dalam pengembangan Industri," katanya dalam acara 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Rabu (2/12/2020).

Dia mengatakan, berdasarkan data Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) konsumsi minyak diperkirakan akan meningkat dari 1,66 juta bopd menjadi 3,97 juta bopd di tahun 2050 atau naik sebesar 139%.

Sementara, konsumsi gas meningkat lebih besar lagi dari 6 ribu MMSCFD menjadi 26 ribu MMSCFD pada tahun 2050 atau naik 298%.

Dia melanjutkan, Indonesia sendiri memiliki potensi hulu migas yang besar. Sebab, banyak cekungan yang belum berproduksi.

"Sesungguhnya potensi hulu migas Indonesia masih sangat besar, karena dari 128 cekungan migas yang dimiliki, baru 20 cekungan yang sudah berproduksi dan masih terdapat 68 cekungan yang belum dieksplorasi," ujarnya.

Namun, dia juga menuturkan, industri ini memerlukan investasi yang besar dan berisiko tinggi.

"Perlu disadari bahwa industri migas adalah industri yang membutuhkan investasi yang besar, teknologi yang tinggi, dan memiliki risiko yang tinggi," ujarnya.