3 Fakta RI Mau Setop Ekspor Gas ke Singapura

3 Fakta RI Mau Setop Ekspor Gas ke Singapura

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 04 Des 2020 19:30 WIB
Petugas PGN melakukan pengecekan rutin gas engine di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (10/8). Saat ini PGN terus memperluas penyaluran gas ke masyarakat, salah satunya ke pusat perbelanjaan.
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Indonesia akan menghentikan ekspor gas ke Singapura pada November 2023. Hal tersebut terungkap saat rapat kerja bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada November 2019 lalu.

Saat ini, rencana tersebut kembali mencuat. Sebab, gas nantinya tidak diekspor lagi demi memenuhi kebutuhan domestik. Apakah industri nasional mampu menyerap? berikut fakta-faktanya:

1. Setop Ekspor 2023

Rencana Indonesia menghentikan pengiriman atau ekspor gas ke Singapura semakin menjadi kenyataan. Direncanakan keputusan tersebut dimulai pada tahun 2023. Indonesia ingin memanfaatkan sumber daya alamnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rencana ini pun sudah terkuak sejak 2019. Pertama kali yang menyebut rencana tersebut Menteri ESDM Arifin Tasrif di gedung DPR tanggal 27 November tahun lalu.

2. COVID Gerus Permintaan

Penyerapan gas bumi untuk pasar domestik mendapat tantangan besar karena COVID-19. Di tengah pandemi, permintaan atau penyerapan gas menurun.

ADVERTISEMENT

"Saat ini, tentu saja kita harus pikirkan demand-nya seperti apa. Mungkin gas balance sampai 2025 kesulitan. Mungkin setelah itu, demand-nya akan lebih mudah. Menjelang itu memang challenging ya," kata Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Syahrial Mukhtar dalam acara 2020 International Convention on Indonesia Upstream Oil and Gas yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (3/12/2020).

3. Bangun Pabrik Petrokimia

Guna mengatasi tantangan tersebut, dia mengatakan dengan membangun banyak pabrik petrokimia. Pabrik tersebut dinilai mampu menyerap gas dalam jumlah yang cukup besar.

"Jadi kami bangun industri yang butuh gas lebih banyak yaitu petrokimia. Itu bisa memakan 100 sampai 150 mmscfd per day atau 1 juta ton per tahun. Ini salah satu solusi untuk konsumsi gas-gas ekspor eks ke Singapura itu tadi ya," tambahnya.

Solusi lainnya, dikatakan Syahrial adalah langsung mendistribusikan gas melalui pipa transmisi ruas Dumai-Sei Mangkei dan Dumai-Medan. Tujuannya untuk mengembangkan industri yang berada di wilayah tersebut.

"Industri di sana jadi bisa berkembang. Bahkan gasnya bisa kita dorong ke atas, dan Aceh juga bisa dipenuhi," ungkapnya.

(hek/ara)

Hide Ads