Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, Redy Ferryanto mengatakan karena pandemi COVID-19, industri hilir pemanfaatan gas belum tumbuh cukup sesuai ekspektasi. Harga gas bumi juga belum sesuai dengan nilai keekonomian yang diharapkan. Namun demikian, manajemen mutu PGN masih tetap dilaksanakan berstandar ISO baik sebelum maupun sesudah kondisi COVID-19 dengan menggunakan sistem digital.
"PGN menggunakan smart utility yang telah dimiliki dan dikembangkan untuk pengelolaan infrastruktur dan investasi dalam rangka memenuhi kebutuhan gas pelanggan di seluruh sektor. Smart utility berbasis teknologi 4.0 layanan kami cukup canggih dan andal untuk memastikan gas yang disalurkan terjaga kontinuitas, kuantitas, dan kualitasnya," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (17/12/2020).
Redy menjelaskan berbagai platform teknologi yang dikembangkan oleh PGN dalam optimalisasi operasi fokusnya adalah untuk meningkatkan keandalan dan meningkatkan usia kerja infrastruktur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perlu disadari bahwa banyak asset PGN yang sudah berusia cukup tua. Jaringan fiber optic kami yang digelar dari Jawa sampai Singapura merupakan salah satu nadi backbone smart utility PGN untuk terus me-maintenance dan mengelola aset transmisi kita yang selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan di seluruh nusantara," jelasnya.
Baca juga: 3 Fakta RI Mau Setop Ekspor Gas ke Singapura |
"Selain itu, juga harus kita kembangkan teknologi untuk me-maintenance infrastruktur pipa yang berada di tengah hutan atau di bawah laut dan sulit dijangkau dengan cara biasa," imbuh Redy.
Selain itu, kata dia, penerapan teknologi 4.0 juga digiatkan untuk mengkonversi gas bumi, menyalurkan gas bumi tanpa menggunakan pipa, mengeksplorasi sumber gas alternatif, serta menciptakan layanan maupun produk yang relevan dengan kebutuhan pelanggan.
"Program terbaru kami yaitu Sapta PGN juga akan kami kembangkan menggunakan smart utility, di antaranya Internet Of Things (IoT) dan Big Data agar bisa berkompetisi dalam bisnis gas bumi yang efektif dan efisien," teranganya.
Dengan semakin bertambahnya pelanggan-pelanggan baru di berbagai wilayah, PGN akan terus mengembangkan teknologi di segala sisi. Hasil pengembangan teknologi yang dikembangkan antara lain CNG Cradle (inovasi tabung CNG) dan Pressure Reducing Station (PRS) Tipe A yaitu inovasi penurun tekanan dari 200 barg menjadi 35-40 barg dan 0,1-1,0 barg tanpa pemanas dengan kapasitas 10 M³ per jam.
"CNG Cradle dan PRS Tipe A menjadi solusi penyediaan gas bumi untuk pelanggan komersial yang estimasi penggunaan gasnya sekitar 900-3.000 meter cubic per bulan, tetapi lokasinya belum terjangkau oleh jaringan pipa dengan teknologi sederhana. Jadi pemenuhan gasnya dengan CNG tanpa menggunakan pipa," jelasnya.
Menurutnya, benefit yang diperoleh dari teknologi ini berupa penghematan pengeluaran energi di pelanggan sekitar 20%, kemudian dapat melakukan pengiriman secara berkala, dan memudahkan penyaluran gas bumi.
PGN juga memiliki Automatic Meter Reader (AMR) untuk menggantikan input data pemakaian gas secara manual pada pelanggan industri, komersial, dan pembangkit listrik. Dengan pemanfaatan teknologi AMR, maka permasalahan seperti pemborosan listrik, pencatatan menggunakan model GPRS dan ketidakhandalan sistem menjadi teratasi.
AMR memiliki feature power saver, remote monitoring, dan efficient modem. Dengan demikian, bisa didapatkan data realisasi riil pemakaian harian dan efisiensi biaya pengelolaan.
Redy mengungkapkan masih banyak penggunaan teknologi dalam operasional PGN yang tentunya ditujukan untuk mendukung peran PGN sebagai pemain gas nasional. Menurutnya, mengelola operasi gas bumi dengan smart utility harus berkelanjutan, karena dalam prakteknya membutuhkan efisiensi, realtime, dan harus dapat mengerti behavior customer sehingga dapat merespons kebutuhan pelanggan akan gas bumi dengan cepat dan efektif.
"Penguasaan aspek teknologi 4.0 menjadi salah satu pondasi utama PGN untuk mencapai keberhasilan pemanfaatan gas bumi di seluruh sektor," pungkasnya.
(mul/mpr)