Jakarta -
PT Pertamina (Persero) diduga memiliki kontrak jual beli gas alam cair (LNG) yang bermasalah. Hal itu tercium oleh Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja alias Ahok hingga akhirnya dilakukan audit.
Melansir CNBC Indonesia, Selasa (12/1/2021), ada dua kontrak jual beli LNG Pertamina yang diduga bermasalah. Salah satunya perjanjian dengan dengan Anadarko Petroleum Corporation pada Februari 2019 ini.
Dalam perjanjian itu Pertamina akan membeli LNG dari Mozambik LNG1 Company Pte Ltd, entitas penjualan bersama yang dimiliki Mozambik Area 1 co-venturer. Perjanjian itu berlaku untuk 1 juta ton LNG per tahun (MTPA) dengan jangka waktu 20 tahun dan direncanakan mulai dipasok pada 2024 mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok mengatakan, pihaknya memang tengah melakukan audit internal untuk perjanjian jual beli LNG Pertamina yang bermasalah itu.
"Kami sedang nunggu hasil internal audit," ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Ahok juga mengakui akan dua kontrak perjanjian jual beli LNG yang tengah diaudit. Namun dirinya enggan menjelaskan secara rinci.
"Kami periksa dua kontrak. Nanya ke Corcom (Corporate Communication Pertamina) saja," ujarnya.
Sebagai kilas balik, PT Pertamina (Persero) telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (SPA) dengan Anadarko Petroleum Corporation untuk pembelian LNG dari Mozambik LNG1 Company Pte Ltd, yang merupakan entitas penjualan bersama yang dimiliki dari Mozambik Area 1 co-venturer.
Perjanjian jual beli tersebut untuk satu juta ton per tahun (MTPA) dengan jangka waktu 20 tahun, dan akan dimulai pada 2024 mendatang.
Direktur Pemasaran Korporat Pertamina periode saat itu yang dijabat oleh Basuki Trikora Putra sempat menuturkan, pembelian LNG dari Mozambik ini dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengantisipasi kekurangan pasokan gas di dalam negeri.
"Itu kan kami sesuaikan dengan rencana kebutuhan di domestik. Di 2024 itu kan kita memang terjadi kurang, sampai 2030 masih akan terjadi defisit, jadi prioritas untuk domestik. Jadi memang pengembangan proyek kilang dan juga untuk listrik nantinya kita masih butuh tambahan (gas), dan berharap proyek-proyek domestik berjalan lancar," ujarnya, Jumat (1/3/2019).
Lebih lanjut, dia mengatakan, jika kebutuhan domestik sudah terpenuhi, tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan akan memasukkan kerja sama LNG tersebut dalam portofolio penjualan LNG internasional perusahaan.
"Pokoknya untuk domestik dulu. Kalau domestik sudah memenuhi kebutuhan baru masuk ke portofolio Pertamina, itu kan bagian bisnis ya, jadi ya ada saja (kemungkinan)," paparnya.
Wakil Presiden Eksekutif Anadarko, Internasional, Deepwater & Eksplorasi Mitch Ingram menuturkan, Indonesia dipilih karena diharapkan menjadi salah satu pasar gas alam dengan pertumbuhan tercepat di Asia dan Pertamina, perusahaan energi nasional Indonesia, akan memainkan peran kunci dalam memenuhi kebutuhan energi jangka panjang Indonesia.
"Kami sangat senang dan berterima kasih kepada Pertamina karena memilih LNG Mozambik untuk menjadi bagian dari portofolio energi jangka panjangnya," tutur Mitch.
Anadarko sedang mengembangkan fasilitas LNG darat pertama di Mozambik yang terdiri dari dua kereta LNG awal dengan total kapasitas papan nama 12,88 MTPA untuk mendukung pengembangan lapangan Golfinho / Atum yang terletak seluruhnya di dalam Area Offshore 1.
Anadarko Moçambique Área 1 Lda, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Anadarko Petroleum Corporation, mengoperasikan Offshore Area 1 dengan 26,5% hak partisipasi. Co-venturer termasuk ENH Rovuma Área Um, SA (15%), Mitsui E&P Mozambique Area1 Ltd (20%), ONGC Videsh Ltd (10%), Beas Rovuma Energy Mozambique Limited (10%), BPRL Ventures Mozambique BV (10%), dan PTTEP Mozambique Area 1 Limited (8,5%).