Kabar tentang bakal adanya pemadaman bergilir dihembuskan oleh Ketua Komisi VI RI Faisol Risa melalui akun Instagramnya @faisol8418. Kementerian ESDM pun tak menampik terkait adanya risiko tersebut akibat terganggunya pasokan batu bara ke pembangkit listrik.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana membenarkan terkait adanya kendala dari sisi pasokan batu bara. Dia menjelaskan batu bara memang masih memiliki peran besar dalam pasokan listrik di Indonesia khususnya di wilayah Jamali (Jawa, Madura dan Bali).
"Sebagai contoh sistem Jamali, ukurannya bagaimana beban puncak terjadi. Beban puncaknya rata-rata berkisar 25 GW. Kurang lebih batu bara berkontribusi 65%, atau 16 GW-nya batu bara," tuturnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (27/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir di sebagian wilayah di Kalimantan, termasuk lokasi tambang batu bara. Dengan begitu produksi batu bara menurun. Bahkan menurut Rida tambang batu bara saat ini berubah menjadi sebuah danau.
Selain itu, faktor banjir di Kalsel juga menghambat pengiriman batu bara ke pelabuhan. Hujan besar disertai angin juga menghambat pelayaran kapal tongkang pengangkut batu bara di pelabuhan.
Meski begitu pemerintah sudah menyiapkan mitigasi untuk menghindari terjadinya pemadaman listrik bergilir. Pertama, menjaga reliability dari PLTU.
Kedua, pemerintah meminta para Independent Power Producer (IPP) atau pembangkit listrik milik swasta untuk memaksimalkan produksinya. Sebab rata-rata stok batu bara milik IPP sekitar 25-30 hari, lebih tinggi dari rata-rata stok PLN 15 hari. Stok milik PLN itu pun rata-rata sudah mulai berkurang.
Ketiga, melakukan optimasi stok. PLN diminta menggenjot produksi PLTU yang memiliki stok masih banyak, sambil menunda produksi pembangkit yang stoknya sudah menipis.
Jadi pemadaman bergilir benar akan terjadi? lanjut halaman berikutnya>>>