Pandemi COVID-19 memberi dampak yang besar pada dunia usaha termasuk perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi (migas). Banyak perusahaan migas rugi karena permintaan energi turun drastis.
Namun, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengklaim Pertamina masih laba di 2020. Padahal, bisnis migas dihantam tiga faktor negatif sekaligus.
Dia menjelaskan, bisnis migas mengalami tiga pukul sekaligus atau triple shock karena adanya pandemi. Pukulan pertama karena adanya penurunan permintaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di saat PSBB di awal-awal masa pandemi itu penurunannya lebih dari 50% di kota-kota besar dan secara nasional sepanjang tahun 2020 adalah penurunan 25%," katanya dalam Energy Corner CNBC Indonesia, Kamis (4/2/2021).
Baca juga: Anak Usaha Pertamina Siap IPO Triwulan III |
Pukulan kedua berupa harga minyak mentah dunia yang turun tajam. Lalu, pukulan ketiga berupa fluktuasi nilai tukar.
"Ketiga hal itu sangat pengaruh ke sektor energi," tambahnya.
Meski demikian, dia bilang, rantai pasok Pertamina sebagian masih dipenuhi dari impor. Harga minyak yang turun tajam menjadi kesempatan bagi Pertamina untuk memperbanyak pasokan energi.
"Di April Mei kita beli dengan jumlah besar disimpan storage-storage, baik itu storage landed maupun floating storage di laut," ujarnya.
Kondisi itu berdampak pada penurunan biaya pokok produksi. Sehingga, Pertamina mencetak laba di 2020.
"Ini yang memberikan dampak di semester II terjadi penurunan dari HPP atau biaya pokok produksi, dan tentu kita melihat inilah yang membuat di sepanjang tahun 2020 walaupun terjadi penurunan ketiga hal tadi, Pertamina masih bisa berhasil mencetak laba," ujarnya.
Simak Video "Stok BBM dan LPG di Sulawesi Dijamin Aman hingga Akhir Tahun":