Mantan Menteri Perminyakan Arab Saudi Ahmed Zaki Yamani telah meninggal dunia pada usia 90 tahun. Kabar ini dilaporkan oleh salah satu TV pemerintah Saudi, Selasa (23/2).
Dia merupakan 'dalang' di balik jatuhnya harga minyak tahun 70an yang kemudian menempatkan Arab Saudi sebagai negara penguasa minyak dunia. Kebijakan embargonya pada 1973 memaksa Barat bertekuk lutut kepada Arab Saudi.
Dikutip dari CNN, Rabu (24/2/2021), Yamani menjadi Menteri Perminyakan Arab Saudi pada 1962. Selama menjabat hampir seperempat abad, Yamani terus mendorong Arab Saudi sebagai negara pembangkit tenaga minyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 1970-an ia menjadi tokoh internasional yang mendapat caci maki di Barat karena mendalangi embargo minyak setelah perang Arab-Israel 1973. Selain itu, Arab saat itu juga memotong pasokan minyak mentah ke Amerika Serikat dan negara industri lainnya sebagai hukuman atas dukungan mereka terhadap Israel.
Hanya dalam beberapa bulan, harga minyak mentah naik empat kali lipat dari US$ 3 per barel menjadi US$ 12. Yamani pada 2010 mengatakan embargo yang dia ciptakan dimaksud untuk menarik perhatian publik internasional atas masalah yang dihadapi Palestina dan Israel. Dia pun mengungkap tidak menyesal memberlakukan embargo.
Tujuan Yamani dalam memberlakukan embargo adalah untuk memaksa Israel menarik diri dari wilayah Palestina yang diduduki. Namun kenaikan harga minyak yang cepat merupakan rejeki nomplok yang sangat besar bagi anggota OPEC.
Sosok yang fasih berbahasa Inggris, Yamani adalah alumni Harvard Law School sebelum diangkat Raja Faisal untuk memimpin kementerian perminyakan Saudi. Saat itu, Arab Saudi adalah produsen minyak kelas menengah. Dalam satu dekade kemudian Arab menjadi raksasa minyak dunia.
Salah satu pencapaian abadi Yamani adalah meningkatkan kepemilikan Arab Saudi atas produksi minyak mentah kerajaan, yang telah lama didominasi oleh konsorsium barat yang membentuk Aramco.
Namun, perjalan hidupnya tidak semulus itu. Pada tahun 1975, Yamani menyaksikan pembunuhan mentornya, Raja Faisal, oleh seorang pangeran yang tidak terpengaruh. Itu adalah tahun yang traumatis bagi Yamani.
Pada 21 Desember 1975 saja dia dan menteri perminyakan OPEC lainnya disandera di Wina oleh sebuah kelompok yang dipimpin oleh Carlos the Jackal, teroris internasional paling terkenal di zaman itu.
Teroris meminta pemerintah Austria menyediakan pesawat untuk membawa mereka dan beberapa menteri ke Aljazair. Carlos berencana untuk membunuh Yamani dan Menteri Perminyakan Iran Jamshid Amuzegar tetapi dia akhirnya setuju untuk membebaskan mereka setelah mediasi Aljazair.
Sambil tetap berkecimpung di dunia energi, Yamani juga memanjakan minatnya pada jam tangan, puisi, dan melestarikan teks-teks Islam. Dia adalah pria yang sangat religius dan putra dari seorang sarjana agama terkenal.
Saksikan juga 'Pipa Besi Sumur Minyak Tua Dilalui 2.000 Liter per Hari di Desa Lodok Grobogan':