PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba bersih senilai Rp 2,4 triliun sepanjang 2020. Besaran itu turun 41,16% secara tahunan (year on year/YoY) dibanding dengan laba bersih akhir Desember 2019 yang nilainya Rp 4,05 triliun.
Direktur Utama PTBA, Arvian Arifin menilai perolehan laba itu sudah cukup baik bisa didapatkan di tengah pandemi COVID-19. Hal ini terjadi karena ada penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India.
"Di tengah kondisi ekonomi yang sulit PTBA masih bisa mencetak kinerja positif dengan pencapaian laba Rp 2,4 triliun. Tentunya ini cukup menggembirakan karena di era pandemi ini banyak sekali usaha yang mengalami kesulitan dan alhamdulillah kita bisa keluar dari permasalahan keuangan perusahaan," kata Arvian dalam konferensi pers virtual, Jumat (12/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi pendapatan, PTBA mengantongi Rp 17,3 triliun. Aset perusahaan per Desember 2020 tercatat berada di angka Rp 24,1 triliun, dengan komposisi kas setara kas dan deposito berjangka di atas 3 bulan sebesar Rp 5,5 triliun atau 23% dari total aset.
Turunnya harga batu bara selama 2020 juga menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan. Seperti diketahui, harga batu bara acuan (HBA) berfluktuasi sepanjang 2020 yakni sempat US$ 65,93 per ton di awal Januari 2020 dan sempat menyentuh titik di bawah US$ 50 per ton pada September 2020.
Namun HBA mulai naik dalam 3 bulan terakhir di 2020 dan menyentuh angka US$ 59,65 per ton pada Desember 2020 karena mulai pulihnya permintaan batu bara di pasar global. Meskipun sepanjang 2020 disebut yang terendah selama 4 tahun terakhir dengan berada di level US$ 58,17 per ton.
"Langkah-langkah yang kita lakukan supaya tetap positif tidak ada hal lain, yaitu kita melakukan efisiensi di semua lini operasi yang akhirnya terasa dan terlihat di 2020," ucapnya.
Kinerja keuangan PTBA lainnya di halaman berikutnya.