Holding BUMN industri pertambangan MIND ID (Mining Industry Indonesia) membukukan laba bersih Rp 1,8 triliun di sepanjang tahun 2020. Kondisi ini menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan tahun 2019, di mana laba bersihnya hanya mencapai Rp 24,5 miliar.
Berdasarkan catatan MIND ID, lonjakan laba bersih tersebut mencapai 7.318%
"Laba bersih di 2019 hanya Rp 0,02 triliun, tahun lalu kita Rp 1,8 triliun," kata CEO Grup MIND ID Orias Petrus Moedak dalam konferensi pers virtual kinerja MIND ID, Jumat (7/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
MIND ID juga mencatat pendapatan Rp 66,6 triliun. Tiga kontributor terbesar pendapatan perusahaan berasal dari komoditas emas sebesar 29,1%, batubara 25,9%, dan timah 21,5%. Sedangkan aluminium berkontribusi 9,8%, feronikel 7%, bijih nikel 2,9% dan lain-lain sebesar 3,7%.
Lalu, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) tahun 2020 tercatat sebesar Rp 11,3 triliun atau meningkat sebesar 33,8% dibandingkan tahun 2019 yang sebesar Rp 8,4 triliun.
"Net Debt to EBITDA itu 5,6 kali, di 2019 itu 6,6 kali," ujar Orias.
Hingga akhir 2020, posisi kas dan setara kas holding secara konsolidasi mencapai Rp 28 triliun. Angka itu naik Rp 7 triliun dibandingkan posisi 2019 yang sebesar Rp 21 triliun.
"Di tengah tantangan pandemi COVID-19, perusahaan berhasil mencatat kinerja yang positif. Pencapaian ini merupakan refleksi atas kapabilitas Insan MIND ID dalam merespon perubahan dan dinamika akibat pandemi yang mengharuskan pelaksanaan kegiatan operasional berdasarkan kebiasaan baru," urainya.
Pada kuartal I-2021, perusahaan mencatat laba bersih Rp 1,6 triliun. Angka itu menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan kuartal I-2020 di mana MIND ID mengalami kerugian Rp 1,01 triliun.
"Laba bersih kita itu di 2020 Rp 1,8 triliun full year, ini untuk kuartal pertama sampai dengan Maret 2021 itu laba bersih kita Rp 1,6 triliun. Kalau lihat di kuartal pertama tahun lalu, itu kita rugi Rp 1,01 triliun," papar Orias.
Perseroan mencatat EBITDA Rp 4,3 triliun pada kuartal I-2021, dengan Net Debt to EBITDA di level 4,5 kali. Kemudian, pendapatan holding mencapai Rp 13 triliun, dengan posisi aset Rp 187,4 triliun, dan kas Rp 29,4 triliun.
"Maka ini kurang lebih ada Rp 17 triliun berada di holding. Kemudian sisanya tersebar di masing-masing anak usaha," tandas dia.
(vdl/hns)